Penjelasan ilmiahnya adalah, Bulan Terbit di timur dan Terbenam di barat, sama seperti benda langit lainnya. Hal ini terjadi karena Bumi berotasi dari barat ke timur, dan Bulan mengorbit mengikuti arah yang sama, juga dari barat ke timur.
Jadi, pada malam setelah Bulan purnama, Bulan akan Terbit semakin larut di malam hari dan Terbenam semakin larut keesokan paginya.
Mungkin Anda juga pernah bertanya-tanya, mengapa Bulan purnama selalu diikuti oleh Bulan siang? Ini terjadi karena Bulan purnama terjadi ketika Bumi berada di antara Matahari dan Bulan. Oleh karena itu, Bulan diterangi secara penuh.
Bulan purnama Terbit saat Matahari Terbenam, bersinar sepanjang malam, dan Terbenam saat Matahari Terbit keesokan paginya.
Ini adalah satu-satunya malam dalam sebulan ketika kita bisa melihat Bulan purnama muncul di ufuk timur pada senja hari, dan kemudian Terbenam pada senja hari keesokan paginya di barat. Malam berikutnya setelah “hari Bulan purnama”, Bulan Terbit di timur sekitar 50 menit setelah Matahari Terbenam dan Terbenam 50 menit setelah Matahari Terbit keesokan paginya.
Pagi hari setelahnya, Bulan Terbit 100 menit setelah Matahari Terbit, kemudian 150 menit. Waktu terbaik untuk melihat Bulan pada siang hari adalah setelah Bulan purnama, dan yang paling penting, posisinya relatif rendah di atas cakrawala barat.
Fenomena Supermoon Biru: Mengapa Terjadi di Pagi Hari dan Bagaimana Bulan Bisa Terlihat di Siang Hari
Dalam dunia astronomi yang menarik ini, Bulan selalu menjadi sumber keajaiban dan kebingungan. Dari gerakan Bulan yang mirip dengan Matahari hingga penjelasan ilmiah tentang mengapa kita dapat melihatnya di siang hari, semuanya memiliki cerita tersendiri.
Memahami bahwa supermoon biru mencapai puncaknya di pagi hari adalah hanya sebagian kecil dari pesona alam semesta yang terus memukau kita. Jadi, saat Anda menatap langit dan melihat Bulan bersinar terang, ingatlah bahwa di balik setiap penampakan ada ilmu pengetahuan dan keajaiban yang luar biasa.