Foto : Gedung SMPN 4 Kertosono
Nganjuk, MEMO.co.id
Mau bangun toilet sekolahan, Hariyanto, S.Pd, M.Si, Kepala UPTD SMPN 4 Kertosono, tanpa seijin Gubernur atau Bupati Nganjuk diduga keras telah minta sumbangan ke wali murid. Alasannya untuk kemajuan sekolahnya.
Padahal, setelah Pemerintah mengeluarkan program BOS, otomatis akan menghapus segala jenis tarikan atau sumbangan dalam bentuk apapun kepada wali murid. Hal tersebut disusul SE Gubernur Jatim No 420/6152/032/2005 perihal pungutan/penarikan dana dari orang tua. “ Tapi kenapa ya di SMPN 4 ini kami kok masih ditarik Rp 300 ribu untuk bangun toilet, “ ujar salah satu walimurid kelas 8 sekolahan tersebut.
Kabarnya, penarikan dana legal dan illegal ini, SMPN 4 Kertosono belum pernah punya ijin dari Bupati Nganjuk ataupun Gubernur Jatim. Tapi demi berdirinya toilet dan ingin kemajuan, masing-masing wali murid terpaksa diminta Rp 300ribu/siswa.
Kutipan dimulai bulan Desember tahun lalu, sampai akhir Maret 2016 nanti harus sudah selesai. Artinya semua dana harus terkumpul. Karena proses pembangunan 7 toilet yang direncanakan, saat sekarang tinggal mencapai tahap penyelesaian.
Menurut pengakuan Pri, Humas UPTD SMPN 4 Kertosono, tarikan itu benar diakui. “ Tapi 9 ruang dari kelas 8 itu tidak semua kita tarik Rp 300 ribu. Ada yang bayar kurang dari itu. Bahkan ada yang gratis. Karena tidak mampu. Dan semua itu sudah kesepakatan dengan komite sekolah, “ paparnya Pri, Selasa ( 8/3 ) siang dikantornya. Melihat situasi demikian, sepertinya untuk bertemu dengan kepala UPTD sulit.
Lebih rinci, ibu guru berjilbab dan berkacamata minus ini menyampaikan bahwa secara rinci, nanti akan dijelaskan oleh kepala UPTD sendiri. “ Nanti jam 12.30 anda kesini lagi untuk bertemu dengan kepala UPTD, “ janji Pri sebagai Humas.
Seperti prediksi semula, Hariyanto sulit dan mengelak ditemui awak media. Setelah menunggu sekitar 2 jam, Hariyanto tak muncul. Yang muncul Bendahara sekolah. “ Pak Kepala UPTD lagi menguji siswanya. Jadi mohon maaf tidak bisa diganggu, “ tuturnya kalem. Padahal, waktu itu jam 12.45. Semua siswa SMPN 4 sudah tidak ada dan pulang semua. Tinggal beberapa dewan guru yang ada. Dari sini nampak moral pejabat anyaran yang punya karakter mencla-mencle. Sore hari, Hariyanto saat dicari di rumahnya di Desa Kepuh, Kecamatan Kertosono juga tidak ada.
“ Satu info yang menarik untuk Kepala Dikpora dan Bupati Nganjuk. Bahwa staf-stafnya yang dibawah di dunia pendidikan mempunyai budaya seperti itu, “ tutur beberapa awak media cetak dan on-line yang bermaksut wawancara terkait potongan illegal di SMPN 4 Kertosono siang itu. Kecewa.( teguh )