Surabaya, Memo
Seseorang siswa SMP jadi korban salah sasaran habis dipukul beberapa oknum Linmas dikala membubarkan aksi tawuran antar anak muda di area Bubutan, Kota Surabaya. Peristiwa ini menyita banyak perhatian, termasuk Pimpinan PWNU Jatim, KH Marzuki Mustamar, dan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi yang turun tangan buat menuntaskan perkara itu.
Proses mediasi dicoba dengan memperkenalkan kedua belah pihak. Dari perantaraan yang dicoba membuahkan hasil, seluruhnya mufakat buat berdamai. Maksudnya, permasalahan ini sudah dituntaskan dengan cara kekeluargaan serta tidak bersinambung ke ranah hukum.
Kepala BPB serta Linmas Kota Surabaya, Irvan Widyanto langsung melayangkan permohonan maaf sebesar- besarnya pada korban bersama keluarganya, baik dengan cara individu ataupun institusi. Beliau membenarkan terdapat kekeliruan prosedur yang dilakukan anggotanya dalam penerapan tugas di lapangan dikala insiden itu terjadi.
” Aku atas nama institusi termasuk individu serta teman- teman semua aku harap maaf pada pihak keluarga. Serta terima kasih Alhamdulillah dimediasi Pak Kyai Marzuki, mulanya pihak keluarga bisa menerima,” tutur Irvan, Senin( 26/ 4/ 2021).
Beliau menambahkan, pihak keluarga pula sepakat supaya permasalahan ini berakhir serta tidak bersinambung ke ranah hukum. Tetapi, lewat insiden ini senantiasa jadi evaluasi pembelajaran ke depannya supaya tidak terulang dikemudian hari.” Jadi pihak keluarga semua tadi di hadapan Pak Wali Kota mufakat buat selesai hingga di sini,” ucapnya.
Irvan pula menambahkan, timnya senantiasa memberikan ganjaran pada anggota Linmas yang melaksanakan kekeliruan dalam metode di lapangan itu. Perihal ini sebagaimana sudah jadi konsekuensi untuk tiap anggota Linmas yang melakukan kekeliruan selama bekerja.
” Tetap kita sesuai dengan ketentuan yang terdapat di Linmas. Pelanggaran- pelanggarannya apa, nyata kita berikan sanksi. Tidak dapat dihindari sebab memanglah salah,” tegasnya.
Sedangkan itu, Pimpinan PWNU Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar berlega hati permasalahan ini bisa dituntaskan dengan cara kekeluargaan serta tidak sampai ke ranah hukum. Pihaknya tidak mau bila terdapat permasalahan yang pada akhirnya mengusik kerukunan serta keharmonisan masyarakat.
Jadi selagi gurung besar( belum besar) lekas dituntaskan. Alhasil ke depan antara NU, antara masyarakat, antara siapa saja yang terdapat di Surabaya senantiasa nyaman- nyaman saja,” tutur Marzuki.
Selaku penilaian ke depannya, Marzuki pula mendesak institusi Linmas supaya mempraktikkan psikotes sepanjang penerapan seleksi anggota. Karena, perihal itu pula menyangkut kepribadian serta watak seorang. Nah, ketika telah lulus dalam langkah seleksi itu, setelah itu bisa diisi dengan pembinaan keimanan.