Selain itu, PLTU Sumsel-8 juga menggunakan teknologi flue gas desulfurization (FGD) untuk mengurangi emisi gas buang. Teknologi FGD ini memiliki kemampuan dalam mereduksi kadar sulfur dioksida dalam gas buang, yang dihasilkan oleh pembangkit listrik yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA), yaitu Arsal Ismail, telah menyebutkan bahwa proyek PLTU Sumsel-8 memiliki nilai investasi sebesar US$ 1,68 miliar. Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (Power Purchase Agreement/PPA) dan Coal Supply Agreement (CSA) untuk proyek PLTU dengan kapasitas 2×660 MW ini telah ditandatangani oleh PT PLN (Persero) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bersama PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP).
Tidak hanya itu, PLTU ini juga merupakan hasil kolaborasi antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan China Huadian Hongkong Company Ltd (CHDHK). “Apabila PLTU Tanjung Lalang sudah beroperasi penuh, hasil produksi batu bara dari PTBA dapat terserap lebih dari 5 juta ton per tahun,” tutup Niko dalam keterangan tertulis yang dikeluarkan pada hari Rabu (10/5/2023).
Menggagas PLTU Sumsel-8: Keandalan Energi Bersih dan Ramah Lingkungan
Secara tidak diragukan lagi, PLTU Sumsel-8 adalah tonggak penting dalam upaya Sumatera Selatan menuju sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Dengan tahapan uji coba operasi yang sedang dilakukan, proyek ini memperlihatkan komitmen PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dalam menghadirkan solusi energi modern.
Dengan penerapan teknologi supercritical dan flue gas desulfurization (FGD), PLTU ini menunjukkan harmonisasi antara keandalan pasokan energi dan perlindungan lingkungan. Kesuksesan proyek ini juga mencerminkan sinergi antara PTBA dan mitra strategisnya, seperti China Huadian Hongkong Company Ltd (CHDHK), yang bersama-sama mewujudkan potensi energi bersih yang dimiliki Sumatera Selatan.
Dengan harapan menuju operasi penuh pada September 2023, PLTU Sumsel-8 menerangi jalan bagi transformasi positif dalam sektor energi Indonesia.