Festival Rupiah Berdaulat Indonesia (Ferbi) yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia telah menjadi sorotan pekan lalu. Di Istora Senayan, Jakarta, acara ini menjadi panggung bagi para kolektor uang kuno, atau yang dikenal sebagai numismatik.
Mereka memamerkan kekayaan uang jadul dengan nilai jual fantastis, bahkan mencapai ratusan juta Rupiah. Salah satu kolektor, Erin Suhandini, berbagi cerita mengenai obsesinya dalam mengumpulkan uang kuno dan mengungkap rahasia di balik koleksi langkanya.
Seri wayang 1937-1938 menjadi primadona dalam dunia numismatik, dengan harga yang selangit. Namun, di balik kegemaran ini, ada tantangan dan kecerdasan dalam berbisnis uang kuno yang mengesankan.
Festival Rupiah Berdaulat Indonesia: Pameran Kekayaan Uang Kuno yang Menggiurkan
Pada akhir pekan yang lalu, Bank Indonesia (BI) mengadakan Festival Rupiah Berdaulat Indonesia (Ferbi) di Istora Senayan, Jakarta. Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah anggota kelompok numismatik yang menampilkan berbagai jenis mata uang kuno dengan nilai jual yang beragam, bahkan ada yang mencapai ratusan juta Rupiah.
Salah satu anggota kelompok numismatik yang hadir adalah Erin Suhandini, yang berasal dari Depok. Kelompoknya memiliki stan pameran dalam acara ini dengan tujuan untuk mengenalkan hobi mengumpulkan uang kuno, yang dikenal sebagai numismatik.
“Kami hadir di sini untuk memamerkan koleksi uang kuno dan alat barter kuno,” ungkap Erin ketika ditemui di lokasi acara.
Erin, yang lahir pada tahun 1987, menjelaskan bahwa sebagian besar uang kuno yang dipamerkan oleh kelompoknya berasal dari tahun 1945 hingga yang terbaru. Menurutnya, ada kriteria khusus yang membuat sebuah Rupiah bisa dianggap sebagai barang kolektor, yaitu jika ada kesalahan cetak atau potongan yang tidak semestinya. “Yang paling sulit ditemukan adalah yang salah potong atau misscut, harganya bisa mencapai Rp 500 ribu atau bahkan Rp 1 juta,” ujarnya.
Sebagai seorang kolektor yang telah terlibat dalam jual-beli uang kuno sejak tahun 2005, Erin menyebut bahwa ada jenis uang kuno yang sangat langka dan memiliki nilai jual yang tinggi. Dia mengatakan bahwa jenis uang tersebut adalah seri wayang yang diterbitkan pada tahun 1937-1938.
Seri Wayang 1937-1938: Permata Langka di Dunia Numismatik
Seri wayang ini merupakan uang yang dikeluarkan oleh De Javasche Bank, sebuah bank swasta yang dimiliki oleh pemerintah Hindia Belanda. Seri uang ini dinamakan seri wayang karena gambar yang terdapat di dalamnya adalah Wayang Orang Sriwedari. Seri ini terdiri dari pecahan mulai dari 5 hingga 1.000 gulden.
Erin menjelaskan bahwa di pasaran, uang seri wayang bisa dijual dengan harga mulai dari Rp 100 ribu hingga mencapai Rp 100 juta. “Harganya tergantung pada kondisi uang tersebut. Jika kondisinya baik, harganya juga akan baik, namun jika kondisinya buruk, harganya akan disesuaikan,” tambahnya.
Erin mengakui bahwa kehadiran kelompoknya dalam pameran yang diselenggarakan oleh BI ini memang lebih berfokus pada aspek pameran. Meskipun begitu, dia tidak menutup kemungkinan untuk melakukan jual-beli jika ada sesama kolektor yang berminat.
“Jika ada yang tertarik untuk membeli, kami akan melayani, tetapi fokus utama kami di sini adalah untuk memamerkan koleksi kami,” jelasnya.
Erin juga mengungkapkan bahwa dia lebih sering melakukan jual-beli atau mencari uang kuno melalui media sosial. Dia memiliki akun Facebook yang cukup dikenal, sehingga banyak orang yang menghubunginya untuk menjual koleksi uang kuno mereka.
Meskipun transaksi secara online memiliki risiko, Erin tidak kehilangan semangat dalam berbisnis dengan uang kuno. Dia bahkan menceritakan pengalamannya yang tidak menyenangkan ketika dia tertipu dengan jumlah jutaan Rupiah oleh seorang penjual yang tidak mengirimkan barang setelah pembayaran.
Namun, hal tersebut tidak membuatnya berhenti. Menurutnya, penghasilan dari bisnis ini cukup untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, dengan omset bersih mencapai Rp 20 juta per bulan.
Kuno: Harta Berharga dalam Festival Rupiah Berdaulat Indonesia
Ferbi adalah wadah yang sempurna bagi para penggemar numismatik untuk memamerkan harta berharga mereka. Erin Suhandini dari Depok, salah satu kolektor uang kuno yang berpartisipasi, memberikan kita pandangan unik tentang dunia numismatik.
Dalam festival ini, uang kuno dari berbagai tahun penerbitan dipamerkan, tetapi yang paling mencuri perhatian adalah seri wayang 1937-1938, yang bisa memiliki harga jual fantastis hingga Rp 100 juta. Namun, harganya sangat dipengaruhi oleh kondisi uang tersebut.
Meskipun banyak yang lebih suka bertransaksi secara online, Erin memperingatkan tentang risiko yang terlibat. Meski demikian, bisnis uang kuno ini tetap menjadi sumber penghasilan yang cukup menguntungkan baginya, dengan omset bulanan mencapai Rp 20 juta.
Festival ini bukan hanya tentang memamerkan koleksi berharga, tetapi juga tentang dedikasi, pengetahuan, dan kisah di balik setiap lembar uang kuno yang indah.