Mata uang Garuda membuka perdagangan pada hari Selasa (25/7) dengan penguatan, mencatat nilai tukar Rp15 ribu per dolar AS di pasar spot.
Sementara mayoritas mata uang Asia menunjukkan kekokohan, pengamat komoditas dan mata uang memperingatkan bahwa rupiah berpotensi mengalami tekanan akibat penguatan dolar AS akibat data manufaktur purchasing managers index (PMI) dari AS yang lebih baik.
Namun, pelaku pasar nampaknya masih menunggu hasil dari rapat dewan gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang bisa mempengaruhi laju nilai tukar. Bagaimana pergerakan selanjutnya? Mari simak kesimpulan dari artikel ini
Penguatan Mata Uang Garuda di Tengah Tekanan Data PMI AS dan RDG BI
Pada pagi hari Selasa (25/7), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka di posisi Rp15 ribu per dolar AS di pasar spot. Mata uang Garuda mengalami penguatan sebanyak 26 poin atau 0,18 persen dibandingkan dengan penutupan sebelumnya.
Hal yang menarik adalah sebagian besar mata uang Asia juga menunjukkan kekokohannya. Dolar Hong Kong mengalami kenaikan sebesar 0,01 persen, ringgit Malaysia naik 0,05 persen, yen Jepang menguat sebesar 0,13 persen, dan peso Filipina tumbuh 0,13 persen.
Selain itu, dolar Singapura juga mengalami kenaikan sebanyak 0,13 persen, rupee India naik 0,16 persen, baht Thailand tumbuh 0,17 persen, dan yuan China melonjak 0,36 persen. Meskipun begitu, won Korea Selatan mengalami pelemahan sebesar 0,06 persen.
Tidak hanya mata uang Asia saja yang menguat, mata uang utama dari negara maju juga menunjukkan performa yang kompak dan perkasa.
Poundsterling Inggris mengalami kenaikan sebesar 0,08 persen, euro Eropa menguat 0,09 persen, franc Swiss naik 0,07 persen, dolar Australia tumbuh 0,19 persen, dan dolar Kanada merangkak naik sebanyak 0,04 persen.
Mayoritas Mata Uang Asia Kokoh, Tapi Pengamat Ini Meramal Rupiah Akan Melemah
Namun, ada perkiraan dari Pengamat Komoditas dan Mata Uang, Lukman Leong, yang menyatakan bahwa rupiah kemungkinan akan mengalami pelemahan pada hari ini.