Ia juga menekankan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir dengan pelepasan ribuan nyamuk Wolbachia. Nyamuk ini dipastikan aman dan tidak memberikan dampak tertentu karena adanya bakteri Wolbachia di dalamnya.
Menurut Uut, Wolbachia tidak dapat berkembang biak dan hidup di dalam tubuh manusia. Bakteri ini hanya dapat tumbuh di dalam sel tubuh serangga.
“Bakteri ini tidak dapat berkembang biak di dalam tubuh manusia. Reproduksi terjadi melalui proses perkawinan antara serangga dengan serangga lainnya. Jadi, sebenarnya tidak ada dampak negatif bagi manusia,” jelasnya.
Wolbachia sendiri merupakan bakteri yang disuntikkan ke dalam nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini diyakini dapat mengurangi pertumbuhan virus Dengue sekitar 60 persen.
Selain itu, nyamuk ini juga diklaim dapat mengurangi tingkat rawat inap pasien dengan DBD sekitar 70 persen. Dengan kata lain, Wolbachia dapat mengurangi tingkat keparahan pada pasien DBD.
Manfaat dan Dampak Gigitan Nyamuk Wolbachia: Ahli Mendiskusikan Efeknya pada Manusia dan Penurunan Kasus DBD
Dalam penelitian mengenai nyamuk Wolbachia yang diklaim mampu menurunkan penyebaran demam berdarah dengue (DBD), ahli seperti Adi Untarini dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menjelaskan bahwa gigitan nyamuk tersebut memiliki efek serupa dengan gigitan nyamuk pada umumnya.
Meskipun terkadang dapat menimbulkan gatal, bintik merah, atau kemerahan pada area yang tergigit, tidak semua orang mengalami reaksi yang sama. Uut menegaskan bahwa efek dari gigitan nyamuk Wolbachia tidak berbahaya dan tidak perlu dikhawatirkan.
Wolbachia, bakteri yang disuntikkan ke nyamuk Aedes aegypti, diyakini dapat mengurangi penyebaran virus Dengue hingga 60 persen serta menurunkan tingkat rawat pasien DBD sekitar 70 persen. Hal ini menunjukkan bahwa Wolbachia bisa menjadi solusi potensial dalam mengurangi keparahan penyakit DBD.