Example floating
Example floating
Teknologi Digital

Perubahan Iklim Mengancam Bumi, 15 Ribu Ilmuwan Peringatkan Kiamat

×

Perubahan Iklim Mengancam Bumi, 15 Ribu Ilmuwan Peringatkan Kiamat

Sebarkan artikel ini
Perubahan Iklim Mengancam Bumi, 15 Ribu Ilmuwan Peringatkan Kiamat
Example 468x60

MEMO

Lebih dari 15 ribu ilmuwan memperingatkan bahwa perubahan iklim yang semakin parah bisa membawa bencana besar bagi kehidupan di Bumi. Dalam sebuah makalah yang diterbitkan di jurnal BioScience, mereka menyatakan bahwa aktivitas manusia yang melepaskan gas rumah kaca ke atmosfer telah mempercepat pemanasan global dan mengancam kelangsungan hidup. PBB juga mengeluarkan peringatan khusus untuk Asia, termasuk Indonesia, tentang dampak serius dari perubahan iklim ini.

Ilmuwan Dunia Bersatu: Mitigasi Perubahan Iklim Harus Segera Dilakukan

Lebih dari 15 ribu ilmuwan telah mengungkapkan bahwa perubahan iklim yang semakin buruk bisa berujung pada bencana “kiamat” bagi kehidupan di Bumi. Mereka memperingatkan bahwa kondisi ini mengancam keberlangsungan hidup di planet kita.

Para ilmuwan tersebut menandatangani sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal BioScience. Mereka menyatakan bahwa dampak dari perubahan iklim ini bisa menyebabkan bencana global yang signifikan di akhir abad ini.

“Selama beberapa dekade, para ilmuwan terus memperingatkan tentang masa depan yang penuh dengan kondisi iklim ekstrem akibat meningkatnya suhu global. Hal ini disebabkan oleh aktivitas manusia yang melepaskan gas rumah kaca berbahaya ke atmosfer,” tulis makalah tersebut, seperti yang dikutip dari Futurism beberapa waktu lalu.

“Sayangnya, waktunya sudah hampir habis,” tambah penelitian tersebut.

Christopher Wolf, salah satu penulis studi tersebut, menjelaskan bahwa makalah ini menyajikan strategi mitigasi besar untuk mengatasi masalah perubahan iklim. Dia juga menyebutkan bahwa umat manusia saat ini sedang menuju proses keruntuhan sistem alam dan sosial ekonomi.

“Kita sedang menuju potensi keruntuhan sistem alam dan sosial-ekonomi, dunia dengan suhu yang tak tertahankan, serta kekurangan sumber daya alam, makanan, dan air bersih,” kata peneliti pascadoktoral dari Oregon State University (OSU) itu.

Studi tersebut menunjukkan banyak rekor iklim yang dipecahkan dengan margin besar selama tahun lalu. Contohnya, musim kebakaran hutan yang sangat aktif di Kanada, yang menurut mereka menunjukkan titik kritis menuju rezim kebakaran baru.

Tahun ini juga membawa pola yang mengkhawatirkan, ungkap Profesor kehutanan terkemuka di OSU, William Ripple. “Kami hanya menemukan sedikit kemajuan yang bisa dilaporkan terkait upaya umat manusia dalam memerangi perubahan iklim,” kata Ripple, yang juga turut menulis penelitian tersebut.

Para ilmuwan dan ribuan peneliti lainnya juga menyinggung soal subsidi bahan bakar fosil yang menjadi salah satu akar masalah perubahan iklim. Pada periode 2021 dan 2022, terdapat peningkatan dua kali lipat, dari US$531 miliar menjadi lebih dari US$1 triliun hanya di Amerika Serikat saja.

Dampak Perubahan Iklim di Asia: Ancaman Serius bagi Indonesia

Peringatan dari PBB untuk Indonesia
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga secara khusus memberikan peringatan untuk wilayah Asia, termasuk Indonesia, terkait dampak pemanasan global dan perubahan iklim.

Laporan dari Badan Meteorologi Dunia (WMO) yang berjudul ‘State of the Climate in Asia 2023’ menyoroti percepatan indikator utama perubahan iklim seperti suhu permukaan, pencairan gletser, dan kenaikan permukaan air laut.

WMO menyatakan bahwa Asia adalah kawasan yang paling banyak dilanda bencana alam akibat perubahan iklim. Benua ini mengalami pemanasan yang lebih cepat dari rata-rata global.

Bahkan, tren pemanasan di Asia meningkat hampir dua kali lipat sejak periode 1961-1990. WMO mencatat banyak negara di Asia yang mengalami tahun terpanas dalam sejarah pada tahun 2023.

Hal ini sejalan dengan kondisi ekstrem seperti kekeringan, gelombang panas, banjir, dan badai.

Perubahan frekuensi dan tingkat keparahan peristiwa iklim ini berdampak besar pada masyarakat, ekonomi, dan terutama kehidupan manusia serta lingkungan tempat tinggal makhluk hidup.

Pada tahun 2023, total 79 bencana terkait bahaya hidrometeorologi dilaporkan di Asia, sebagaimana juga dilaporkan oleh Emergency Events Database.

Dari jumlah tersebut, lebih dari 80% terkait dengan peristiwa banjir dan badai, dengan lebih dari 2.000 korban jiwa dan sembilan juta orang terdampak langsung.

Panas ekstrem juga menjadi laporan penting lainnya. Meskipun risiko kesehatan yang ditimbulkan semakin meningkat, penduduk Asia masih beruntung karena tidak ada kematian yang dilaporkan.

“Sekali lagi, di tahun 2023, negara-negara yang rentan terkena dampak secara tidak proporsional. Sebagai contoh, topan tropis Mocha, topan terkuat di Teluk Benggala dalam satu dekade terakhir, menghantam Bangladesh dan Myanmar,” kata Sekretaris Eksekutif Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia dan Pasifik (ESCAP), Armida Salsiah Alisjahbana, yang menjadi mitra dalam penyusunan laporan WMO.

Laporan tersebut juga mencakup data mengenai kenaikan permukaan laut dari Januari 1993 hingga Mei 2023. ‘State of the Climate in Asia 2023’ memberikan data indikasi kenaikan permukaan air laut yang meliputi wilayah Indonesia.

Tercatat, banyak area mengindikasikan Global Mean Sea Level (GMSL) di atas rata-rata global, yakni 3,4 ± 0,33 mm per tahun. Indonesia sendiri berada di wilayah berwarna kuning yang mengindikasikan peringatan.

Sebelumnya, kajian proyeksi dari USAID pada 2016 menyebutkan bahwa kenaikan permukaan laut akan menenggelamkan 2.000 pulau kecil pada tahun 2050. Ini berarti sekitar 42 juta penduduk berisiko kehilangan tempat tinggal mereka.

Berdasarkan laporan ini, terbukti bahwa perubahan iklim dan pemanasan global memiliki dampak nyata bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, diperlukan upaya kolektif untuk meredam laju perubahan iklim.

Urgensi Tindakan Kolektif Menghadapi Perubahan Iklim

Laporan dari berbagai badan, termasuk PBB dan WMO, menunjukkan bahwa Asia, termasuk Indonesia, sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Bencana hidrometeorologi seperti banjir dan badai telah menyebabkan kerugian besar dan korban jiwa. Peningkatan suhu global juga mengancam ketersediaan sumber daya alam yang vital seperti makanan dan air bersih.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.