Jakarta, Memo |
Untuk memperkuat ekonomi Indonesia melalui desa wisata, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, berharap hadirnya produk unggulan di setiap desa wisata. Potensi produk, di setiap desa wisata,. memiliki arti bagi wisatawan.
Menparekraf Sandiaga, mempertunjukkan, Desa Wisata Penglipuran di Bali, fokus kuncinya merupakan adat istiadat desa yang amat luar biasa, terkemuka sebagai dusun terbersih. Dari kemampuan yang ada bisa membagikan nilai tambah, akibatnya turis mendapatkan pengalaman melancong yang melegakan.
“ Ini yang mau kita dorong, apa produk favorit di sesuatu desa itu yang dapat kita kembangkan. Baik dari kemampuan alam, adat, serta karya ataupun kreasi inovatif yang asli,” ucap Menparekraf Sandiaga, dikala mengikuti webinar yang berjudul Memperkuat Ekonomi Indonesia Lewat Desa, dengan cara daring, di Jakarta, Minggu
Nilai tambah yang dimaksud merupakan suatu yang dapat diamati( to see), suatu yang dapat dicoba( to do), suatu yang dapat dipelajari( to learn), serta suatu yang dapat dibeli( to buy). Dengan poin tambah ini, produk unggulan di desa wisata hendak bertransformasi jadi produk wisata yang bisa ditawarkan pada turis.
Pada tahun 2020, Kemenparekraf atau Baparekraf sudah memudahkan sertifikasi desa wisata berkesinambungan di 16 desa wisata, sebaliknya di tahun 2021 Kemenparekraf hendak menaikkan nilai itu jadi 52 desa wisata.
Pengembangan desa wisata merupakan langkah Kemenparekraf atau Baparekraf dalam tentang pemenuhan indikator prioritas pembangunan kewilayahan pada RPJMN 2020–2024. Kemenparekraf atau Baparekraf mematok sebesar 244 desa wisata tersertifikasi jadi desa wisata mandiri sampai 2024.
“ Kita mau menciptakan dusun yang produktif serta mandiri. Kewajiban kita adalah kita wajib memberdayakan 244 desa. Desa wisata ini wajib jadi desa mandiri dari desa rintisan. Oleh sebab itu, kita _all out_, sehingga zona pariwisata serta ekonomi inovatif itu dapat membangkitkan perkembangan ekonomi kita serta memakmurkan warga,” tuturnya.
Tidak hanya itu, dalam manajemen desa wisata rintisan mengarah desa wisata mandiri, dibutuhkan SDM yang unggul. Oleh karenanya, pemetaan kemampuan kompetensi SDM di desa wisata butuh dilakukan. Misalnya, kemampuan kompetensi SDM di aspek pariwisata dapat diamati dari kepiawaian dalam mengatur _homestay_ ataupun jadi pemandu darmawisata. Sebaliknya pada aspek ekraf, kompetensi SDM bisa dipetakan dalam menata kuliner ataupun jadi pengrajin kriya serta fesyen.
“ Di tahun 2021 SDM ini jadi fokus dari Kemenparekraf. Kita sudah melaksanakan pemetaan kompetensi SDM di 67 desa wisata, tetapi jumlah ini masih kurang, serta kita hendak terus tingkatkan dengan kerja sama. Telah ada 14 asosiasi ataupun komunitas, serta 20 perguruan tinggi yang bertugas serupa dengan Kemenparekraf,” ucap Sandiaga.
Sehabis melaksanakan pemetaan SDM, Kemenparekraf memfasilitasi training berplatform kompetensi untuk SDM di desa wisata lewat _up skilling_ ataupun _reskilling_ yang diselaraskan dengan keinginan pelatihan di desa itu.
Tidak hanya menghasilkan SDM yang unggul, bagian yang dibutuhkan dalam perkembangan desa wisata antara lain pementasan, amenitas, aksesibilitas, dan kegiatan di desa wisata itu. (mm )