Example floating
Example floating
Peristiwa

Penyemprotan Air Terbukti Bikin Polusi Udara Lebih Parah! Simak Fakta!

×

Penyemprotan Air Terbukti Bikin Polusi Udara Lebih Parah! Simak Fakta!

Sebarkan artikel ini
Penyemprotan Air Terbukti Bikin Polusi Udara Lebih Parah! Simak Fakta!
Penyemprotan Air Terbukti Bikin Polusi Udara Lebih Parah! Simak Fakta!
Example 468x60

MEMO

Dalam upaya mengatasi masalah polusi udara di DKI Jakarta, penyemprotan air di beberapa jalan protokol perlu dievaluasi. Ahli kesehatan, seperti Erlina Burhan dari PB IDI, merujuk pada studi Tiongkok yang mengungkapkan dampak tak terduga dari metode ini.

Penyemprotan air, yang awalnya diharapkan untuk mengurangi polusi, justru meningkatkan konsentrasi partikel berbahaya. Inilah yang menjadi sorotan utama dalam kesimpulan berikut.

Dampak Penyemprotan Air Terhadap Polusi Udara di DKI Jakarta

Pernyataan dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menegaskan bahwa penyemprotan air di beberapa jalan protokol bukanlah metode yang efektif dalam mengurangi dampak polusi udara di wilayah DKI Jakarta.

Anggota Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI, Erlina Burhan, mengacu pada hasil studi yang dilakukan di Tiongkok yang menyatakan bahwa penyemprotan air pada jalan-jalan justru meningkatkan konsentrasi partikulat meter (PM) 2,5. PM2.5 adalah campuran partikel padat dan cair yang terdapat dalam udara.

Erlina menjelaskan, “Studi yang dilakukan di Tiongkok menunjukkan bahwa menyemprotkan air ke jalan-jalan sebenarnya meningkatkan, bukan mengurangi, konsentrasi PM2.5.” Ungkapannya ini dia bagikan melalui platform Twitter pada hari Jumat (25/8).

Ia juga menambahkan, “Ini sebenarnya menjadi sumber tambahan dari aerosol antropogenik dan pencemaran udara.” Penjelasan ini mengindikasikan bahwa penyemprotan air dapat menciptakan lebih banyak masalah dalam hal pencemaran udara daripada mengatasinya.

Erlina juga menguraikan bahwa PM2.5 terbentuk dari emisi hasil pembakaran berbagai jenis bahan bakar seperti bensin, minyak, dan kayu. Sementara PM10 terbentuk dari berbagai sumber termasuk tempat pembuangan sampah, kebakaran hutan, debu, dan lainnya.

Menurut penelitian lain yang Erlina sebutkan, penyemprotan air ke jalan-jalan dapat berdampak pada partikel PM10 dengan cara menghilangkan partikel dari permukaan jalan dan mengurangi konsentrasinya di sekitar jalan secara lebih menyeluruh.

Pertimbangan Ahli: Apakah Penyemprotan Air Solusi Terbaik?

Namun demikian, Erlina berpendapat bahwa langkah ini masih belum cukup efektif. Ini karena partikel polutan yang berada di ketinggian tidak semua dapat terjangkau oleh penyemprotan air. Sebagai alternatif, ia mengusulkan bahwa pemerintah seharusnya mempertimbangkan hujan buatan secara berkala, meskipun ia mengingatkan bahwa dampaknya juga hanya bersifat sementara.

Erlina menekankan pentingnya upaya untuk meminimalkan pencemaran udara, yang seharusnya menjadi tanggung jawab bersama dengan melakukan intervensi terhadap sumber pencemar atau melakukan tindakan pencegahan di hulu.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sebelumnya telah mengungkapkan bahwa jumlah kasus penyakit pernapasan di DKI Jakarta meningkat hingga empat kali lipat sebagai dampak dari pencemaran udara. Ia mencatat bahwa penyakit pernapasan yang paling umum dialami oleh masyarakat Indonesia adalah kanker paru-paru, tuberkulosis, paru obstruktif kronis, asma, dan pneumonia.

Menurut Budi, Kemenkes berperan di “hilir” dalam masalah pencemaran udara, yang berarti mereka berfokus pada penanganan dampaknya. Pihaknya terus berupaya untuk mengkampanyekan berbagai cara untuk meminimalisir paparan pencemaran udara serta mengurangi polusi udara secara keseluruhan.

Dengan demikian, Budi menekankan bahwa penanganan masalah polusi udara ini adalah tanggung jawab bersama yang melibatkan berbagai sektor, termasuk transportasi, energi, dan lingkungan hidup, baik di hulu maupun di hilir.

Penyemprotan Air di Jalan Tidak Efektif Mengurangi Polusi Udara: Tinjauan dari Studi dan Saran Ahli

Alternatif seperti hujan buatan secara berkala telah diajukan, tetapi Erlina Burhan mengingatkan bahwa dampaknya hanya bersifat sementara. Dalam menghadapi polusi udara, penting bagi semua pihak untuk berkolaborasi dalam mengintervensi sumber-sumber pencemar dan menerapkan upaya pencegahan di hulu. Ini merupakan tanggung jawab bersama untuk mengatasi masalah serius ini.

 

 

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.