Indonesia, sebagai negara berpenduduk 270 juta, idealnya harus memiliki minimal 4.000 bendungan dan waduk untuk menampung air saat musim hujan dan mengalirkannya kembali saat musim kemarau. Namun, hingga saat ini, negara ini hanya memiliki 235 infrastruktur tersebut.
Pakar teknik lingkungan dari Universitas Indonesia, Firdaus Ali, menyatakan bahwa Indonesia masih jauh dari mencapai angka ideal tersebut dan hal ini tentunya tidak akan mudah.
Tidak hanya di Indonesia, kekeringan juga menjadi ancaman di negara-negara lain di berbagai belahan bumi, termasuk Jerman dan Panama. Di Panama, otoritas telah membatasi kapal-kapal yang melintasi Terusan Panama, jalur perdagangan antara Samudera Pasifik dan Atlantik, karena El Nino telah menyebabkan kondisi yang lebih kering dan menurunkan permukaan air di Danau Gatun, yang menjadi bagian dari aliran terusan.
Dalam situasi yang demikian, penting bagi Indonesia untuk terus mencari solusi dan menghadapi tantangan perubahan cuaca ini dengan berbagai upaya, termasuk pengembangan infrastruktur air yang lebih baik guna mengatasi kekeringan dan memastikan pasokan air bersih bagi masyarakat.
Selain itu, upaya penghematan dan efisiensi dalam penggunaan air juga sangat diperlukan agar dampak dari cuaca ekstrem seperti El Nino dapat diatasi secara lebih baik.
Dampak El Nino dan Kekeringan di Indonesia: Ancaman Serius Bagi Pertanian dan Pasokan Air Bersih
Kesimpulannya, menghadapi fenomena cuaca ekstrem seperti El Nino dan kekeringan memerlukan tindakan dan kerjasama dari semua pihak. Dengan langkah-langkah yang tepat dan solusi berkelanjutan, Indonesia dapat mengurangi dampak negatif dari cuaca ekstrem ini dan melindungi sektor pertanian serta pasokan air bersih bagi masyarakat.