Kementerian Keuangan menyebut, meskipun akan terjadi gejolak ekonomi global akibat kebijakan moneter Amerika Serikat yaitu kenaikan suku bunga bank sentral The Fed, namun arus modal masuk ke Indonesia mengalami peningkatan.
“Di satu sisi probabilitas The Fed akan menaikan suku bunga semakin pasti, namun justru capital kembali flowing back ke Indonesia,” Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita, dikutip Rabu (23/2).
Sri Mulyani mengungkapkan, hal itu tercermin dari total nilai pembelian saham maupun surat berharga negara yang cukup signifikan yaitu Rp 25,9 triliun. Artinya, yield dari Surat Berharga Negara (SBN) pemerintah masih bisa terjaga dengan baik.
“Indonesia juga alami sedikit outflow, baik yang surat berharga maupun untuk pembelian saham,” tuturnya.
Sri Mulyani menjelaskan, kenaikan suku bunga AS disebabkan oleh peningkatan inflasi yang terus meningkat. Belakangan ini kenaikannya mencapai 7,5 persen yang merupakan angka tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Sehingga, memicu bank sentral The Fed melakukan langkah kebijakan moneter. Hal itu akan berpengaruh pada perekonomian negara berkembang.
“The Fed kemungkinan akan menaikan suku bunganya antara 5-7 kali pada tahun ini. Ini tentu jadi suatu perubahan, tentu berakibat pada arus modal di negara-negara emerging,” pungkasnya.