Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah mengungkapkan hasil penelitian terbaru mengenai jalur sesar yang memicu gempa Magnitudo (M) 5,6 di Cianjur, Jawa Barat. Dalam penelitiannya, BRIN menggunakan dua perangkat deteksi canggih, yaitu Geolistrik Multichanel Resistivity dan Ground Penetrating Radar, untuk memetakan pola pelapisan di bawah permukaan tanah.
Hasil penelitian ini memberikan wawasan lebih jelas tentang jalur patahan tersebut, namun masih perlu adanya penelitian lanjutan untuk memastikan jalur pasti dari Sesar Cugenang. Penelitian ini penting untuk memahami potensi bahaya gempa di wilayah Cianjur, sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dan mitigasi risiko bencana di masa depan.
Hasil Penelitian BRIN: Jalur Sesar Penyebab Gempa Magnitudo 5,6 di Cianjur
Hasil penelitian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bahwa gempa Magnitudo (M) 5,6 di Cianjur, Jawa Barat, dipicu oleh jalur sesar atau patahan yang berada hingga kedalaman 50 kilometer dari permukaan tanah.
Tim peneliti dipimpin oleh Kepala Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Adrin Tohari, yang menjelaskan bahwa pemetaan jalur sesar dilakukan dengan menggunakan dua perangkat deteksi, yaitu Geolistrik Multichanel Resistivity dan Ground Penetrating Radar.
“Toh, deteksi kita maksimum hanya mencapai 50 meter. Namun, gambaran jalur sesar tidak merata, di tengah-tengahnya kedalaman bisa mencapai 50 meter, namun ke kiri dan kanan, jalur tersebut akan mengerucut atau semakin dangkal,” ujar Adrin Tohari saat berada di Cianjur, Jawa Barat, pada hari Kamis (27/7).
Potensi Bahaya Gempa di Cianjur dan Peran Penelitian untuk Mitigasi Risiko Bencana
Melalui kedua perangkat tersebut, tim peneliti dapat mengetahui pola pelapisan di bawah permukaan tanah, sehingga jalur patahan dapat terpetakan dengan jelas.
Lebih lanjut, Adrin menjelaskan bahwa pada hari ketiga penelitian, belum ditemukan jalur pasti dari Sesar Cugenang tersebut. Untuk memastikan jalur sesar, beberapa faktor harus dipertimbangkan, seperti data parameter sesar aktif, seperti panjang, koordinat, jalur, kemiringan, dan kedalaman sesar.
“Kita harus memperoleh informasi persis mengenai posisi patahan, kedalamannya, panjangnya, serta daerah mana yang berada di jalur yang harus diwaspadai karena akan dilalui oleh patahan tersebut,” tambahnya.