Akibatnya, masyarakat di beberapa wilayah yang menjadi bagian dari proyek ini justru tidak merasakan manfaatnya. Contohnya, di Gunung Mas, Kalimantan Tengah, sekitar 600 hektar lahan yang telah ditanami singkong untuk proyek ini kini terbengkalai tanpa kejelasan nasibnya.
Sementara itu, tanggapan singkat datang dari Prabowo ketika ditanyai mengenai kritikan dari PDIP yang menyebut program pertanian skala besar ini sebagai bentuk kejahatan terhadap lingkungan.
“Oh, benarkah?” ujar Prabowo dengan singkat ketika diwawancarai oleh wartawan setelah acara di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, pada Selasa (15/8).
Kritik Tegas PDIP Terhadap Proyek Food Estate: Dampak Lingkungan dan Tantangan Masa Depan
Secara tegas, Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, mempertanyakan proyek food estate yang dijalankan di bawah pengawasan Menteri Pertanian dan Menteri Pertahanan. Ia mendeskripsikan dampak buruk dari proyek tersebut, terutama terkait kerusakan lingkungan dan penebangan hutan yang tidak berujung pada manfaat konkret.
Kritikan juga mencuat mengenai aliran dana yang mungkin terkait dengan proyek tersebut. Meskipun proyek ini merupakan bagian dari proyek prioritas strategis menurut Perpres Nomor 108 Tahun 2022, banyak pihak seperti Greenpeace menganggapnya gagal dan terlalu berfokus pada aspek produksi pangan daripada dampak sosial dan ekologisnya.
Kondisi di lapangan, seperti lahan pertanian yang terbengkalai, semakin memperkuat kritik ini. Dalam merespons kritikan ini, Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, memberikan tanggapan singkat. Namun, kesimpulannya adalah bahwa proyek food estate ini telah menimbulkan polemik yang kompleks dan mengundang pertanyaan tentang keberlanjutan, tanggung jawab lingkungan, dan keseimbangan antara pertanian dan ekologi.
Dalam menghadapi tantangan masa depan, evaluasi menyeluruh dan komunikasi terbuka menjadi kunci untuk mengatasi permasalahan yang muncul seiring berjalannya proyek food estate ini.