Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) memimpin perubahan dalam industri arsitektur lokal dengan mendorong arsitek Indonesia untuk bersaing secara global. Dengan fokus pada pengembangan kompetensi dan peningkatan jumlah pemilik Surat Tanda Regulasi Arsitek (STRA), IAI berupaya memperkuat posisi arsitek Indonesia dalam proyek-proyek bangunan mega. Ketua Umum IAI, Ar. Georgius Budi Yulianto, menegaskan perlunya kesadaran akan pentingnya STRA bagi arsitek lokal agar dapat menghadapi tantangan global.
Rahasia Agar Arsitek Lokal Bersaing dengan Arsitek Mancanegara!
Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) mendorong arsitek lokal untuk meningkatkan daya saing mereka dengan arsitek dari luar negeri.
Menurut Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Ar. Georgius Budi Yulianto, adalah kenyataan bahwa arsitek Indonesia sering kali hanya menjadi pihak pelaksana dari arsitek asing.
Menurut Georgius, ini sering terjadi pada proyek-proyek swasta, di mana arsitek asing sering mengambil peran utama dalam proyek-proyek besar seperti gedung apartemen dan pencakar langit lainnya.
Georgius, yang akrab disapa Bugar, percaya bahwa arsitek Indonesia memiliki kemampuan yang sama untuk merancang bangunan seperti halnya arsitek asing. Namun demikian, hal ini sering tidak terinformasikan dengan baik kepada masyarakat.
Menurutnya, tugas saat ini adalah untuk mendorong arsitek untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi Arsitek (STRA) agar dapat bersaing lebih baik.
Bugar menjelaskan bahwa saat ini hanya ada sekitar 4.400 pemilik STRA di Indonesia, dengan rasio 1:80.000 orang. Perbandingan ini jauh dengan Cina yang memiliki rasio 1:15.000.
Seorang arsitek harus terdaftar dan memiliki izin untuk berpraktik. Registrasi dilakukan melalui Dewan Arsitek Indonesia (DAI), sementara izin dikeluarkan oleh pemerintah provinsi tempat arsitek tersebut beroperasi.
Tujuan dari sistem ini adalah untuk melindungi arsitek lokal. Sebagai contoh, jika seorang arsitek memiliki izin di Jawa Barat dan ingin bekerja di provinsi lain, mereka harus bermitra dengan kantor arsitek setempat.
Menurut Bugar, IAI bertanggung jawab untuk memberikan pembinaan kepada arsitek dan praktik profesi arsitek sesuai dengan Undang-Undang nomor 6 Tahun 2017 tentang Arsitek.
Strategi IAI dan AAPDC Menuju Sukses Global
Selain pelatihan struktural seperti Penataran Kode Etik (PKE) dan Pengembangan Keprofesian Arsitek (PKA), IAI juga menyelenggarakan Architectural Advance Development Course (AAPDC) sebagai bagian dari IAI Academy.
Ini akan membantu menjaga dan meningkatkan kompetensi arsitek di seluruh Indonesia.
Untuk tahun 2024, IAI telah menyiapkan 158 modul dalam 7 kategori berbeda, termasuk manajemen-regulasi, tipologi fungsi bangunan, Masterplan dan UDGL, konservasi dan Pemugaran, Pembekalan TPA, serta penggunaan software dan Artificial Intelligence (AI) dalam praktik profesi arsitek.
Informasi lebih lanjut tentang jadwal, materi, dan pembicara AAPDC dapat diunduh dari situs web dan media sosial IAI.
Bugar berharap bahwa AAPDC akan membantu mengisi kesenjangan pengalaman dan pengetahuan antara pusat dan daerah, dan tersebar luas di seluruh Indonesia.
Ini dilakukan dalam upaya untuk mengaktifkan peran arsitek dalam masyarakat serta meningkatkan kehadiran arsitek Indonesia di tingkat regional dan internasional.
IAI juga akan menyelenggarakan ARCH:ID ke-4 dari tanggal 22 hingga 25 Februari 2024 di ICE BSD, Tangerang.
Kegiatan ini merupakan festival-eksibisi dan konferensi tahunan terbesar yang dinanti-nantikan oleh banyak pihak.
ARCH:ID adalah kegiatan pertama setiap tahun dalam konteks 4 Nation: Indonesia (ARCH:ID-Februari), Thailand (ASA FORUM-Mei), Malaysia (DATUM-Juli), dan Singapura (ARCHI FEST-September).
Mendorong Kemajuan Arsitektur Lokal: Langkah IAI Menuju Kompetitivitas Global
Dalam upayanya untuk meningkatkan kompetitivitas arsitek lokal, IAI telah menetapkan langkah-langkah strategis. Melalui program pembinaan seperti Penataran Kode Etik (PKE) dan Pengembangan Keprofesian Arsitek (PKA), serta penyelenggaraan Architectural Advance Development Course (AAPDC), IAI berusaha menjaga dan meningkatkan kompetensi arsitek di seluruh Indonesia.
Selain itu, dengan memperluas jumlah modul dan kategori pelatihan, IAI memberikan akses lebih luas kepada arsitek untuk meningkatkan keterampilan mereka. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mengisi kesenjangan pengetahuan antara pusat dan daerah, serta mendukung kehadiran arsitek Indonesia di tingkat regional dan internasional.