Produksi minyak bumi Indonesia menghadapi tantangan serius dengan penurunan yang berkelanjutan. Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa produksi minyak harian nasional saat ini hanya mencapai 86,5% dari target produksi tahun 2023.
Artikel ini akan merunut sejarah produksi minyak Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan penurunan produksi ini. Selain itu, kita juga akan mengeksplorasi upaya pemerintah dan sektor migas untuk mengatasi tantangan ini.
Penurunan Produksi Minyak RI: Tantangan Berkelanjutan di Sektor Migas
Produksi minyak bumi Indonesia terus mengalami penurunan, seperti yang tercatat dalam data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tanggal 4 November 2023. Produksi harian minyak nasional saat ini hanya mencapai 571.280 barel per hari (bph), yang setara dengan 86,5% dari target produksi minyak pada tahun 2023, yaitu 660.000 bph.
Jika kita merunut sejarah produksi minyak nasional, kita dapat melihat bahwa produksi saat ini bahkan di bawah level produksi yang tercatat pada tahun 1968. Pada tahun 1968, produksi minyak Indonesia mencapai 599.000 bph, sebelum mengalami peningkatan yang signifikan hingga mencapai puncak produksi pada tahun 1977 dengan 1.685.000 bph.
Kemudian, terjadi puncak produksi kedua pada tahun 1991 dengan 1.669.000 bph, setelah itu mengalami penurunan bertahap.
Sebelum tahun 1968, produksi minyak Indonesia berada dalam kisaran 400 ribuan barel per hari, dengan data sebagai berikut:
- 1965: 486.000 bph
- 1966: 474.000 bph
- 1967: 510.000 bph
- 1968: 599.000 bph
- 1969: 642.000 bph
- 1970: 854.000 bph
Bila dibandingkan dengan data produksi minyak rata-rata selama Januari-September 2023, produksi minyak harian juga mengalami penurunan. Pada periode tersebut, produksi minyak mencapai 608,6 ribu bph. Pada tanggal 31 Oktober 2023, Kementerian ESDM mencatat produksi minyak sebesar 582,69 ribu bph.
Tantangan Produksi Minyak Indonesia: Penurunan yang Berkelanjutan dan Upaya Meningkatkan Produksi
Lifting minyak pada Semester I-2023 juga belum mencapai target yang ada, hanya mencapai 615,5 ribu bph atau 93% dari target dalam APBN 2023 yang sebesar 660 ribu bph. Produksi minyak RI pada tahun 2022 tercatat sebesar 644.000 bph.
Mengapa produksi minyak RI terus mengalami penurunan? Menurut Menteri ESDM Arifin Tasrif, salah satu faktornya adalah karena sumur minyak di Indonesia sudah tua, sehingga rasio air lebih besar dibandingkan minyak yang dihasilkan.
Saat minyak diproduksi, sebagian besar adalah air, dan minyak semakin sulit diambil karena kedalaman sumur yang semakin dalam.
Pemerintah saat ini berupaya mempertahankan produksi minyak harian dalam negeri dengan memaksimalkan sumur tua melalui pengeboran yang lebih dalam. Upaya lainnya adalah menambahkan produksi dari sumur minyak non konvensional (MNK), seperti yang dilakukan di Gulamo.