Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara telah mengungkapkan pandangannya terkait kondisi perekonomian pasca pandemi. Menurutnya, perekonomian global kini dihadapkan pada peningkatan fragmentasi geo-ekonomi.
Ia menyoroti bahwa pembatasan perdagangan dan investasi asing langsung (FDI) telah meningkat tiga kali lipat sejak tahun 2018. Pola perdagangan berubah karena lebih banyak perusahaan yang merespons ketidakpastian kebijakan dan berusaha melindungi rantai pasokan mereka dari risiko geopolitik.
FDI juga semakin terfokus pada negara-negara yang memiliki kesamaan geopolitik, yang disebut sebagai “friendshoring.” Wamenkeu menyampaikan hal ini dalam acara Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED) pada Kamis (7/12).
Indonesia, sebagai respons terhadap situasi global, telah meningkatkan upaya untuk mengantisipasinya. Ada tiga strategi kunci yang diterapkan pemerintah untuk menghadapi tantangan tersebut. Pertama, menjaga stabilitas ekonomi makro dengan merancang respons kebijakan secara hati-hati.
Kedua, memberikan dukungan fiskal yang tepat sasaran, terutama untuk kelompok rentan. Dan ketiga, terus membangun pertumbuhan jangka panjang yang lebih kuat melalui reformasi struktural yang komprehensif.
Wamenkeu dan Mari Elka: Strategi Indonesia Menghadapi Dinamika Ekonomi Global
Wamenkeu juga mengemukakan pandangannya mengenai masa depan kerja sama multilateral. Menurutnya, lembaga-lembaga internasional perlu melakukan perubahan sesuai dinamika dunia agar keadilan dan pemerintahan yang inklusif dapat terjaga.
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Mari Elka Pangestu, Menteri Perdagangan periode 2004-2011 dan Managing Director of Development Policy and Partnership di Bank Dunia periode 2020-2023. Menurutnya, situasi global saat ini diwarnai tekanan geopolitik dan geoekonomi yang menghubungkan ekonomi, keamanan, dan teknologi.
Namun, di tengah pergeseran situasi ekonomi politik global, Indonesia dapat memanfaatkan peluang relokasi dan peralihan perdagangan, terutama dari Tiongkok dan Amerika Serikat. Selain itu, muncul fenomena green competitiveness dan green trade yang berpotensi pada peningkatan ekspor green goods dan teknologi.
Mari Elka Pangestu menekankan pentingnya bagi Indonesia untuk mendorong reformasi dengan mengintegrasikan kebijakan iklim dengan pembangunan. Investasi pada sumber daya manusia, teknologi, dan institusi juga dianggap perlu.
Dari sektor perdagangan, Indonesia diharapkan dapat mengurangi hambatan perdagangan, mempersiapkan fasilitas perdagangan dengan baik, dan mendorong perubahan konstruktif.
Strategi Indonesia Pasca Pandemi: Stabilitas Ekonomi, Adaptasi Geopolitik, dan Peluang Green Trade
Mari Elka Pangestu, mantan Menteri Perdagangan dan Managing Director of Development Policy and Partnership di Bank Dunia, menambahkan dimensi geopolitik yang mempengaruhi keterkaitan antara ekonomi, keamanan, dan teknologi.
Meski dihadapkan pada tekanan global, Indonesia dapat memanfaatkan peluang relokasi perdagangan dari Tiongkok dan Amerika Serikat. Fenomena green competitiveness dan green trade juga menjadi potensi ekspor bagi Indonesia.