NGANJUK,MEMO.CO.ID – Pernyataan sikap penolakan program mendiknas RI yaitu Full Day School oleh kelompok lembaga madin,TPQ/TPA dan pengasuh pondok pesantren se Kabupaten Nganjuk dilaksanakan hari ini (19/6) dengan dua kegiatan.
Yaitu kegiatan isthighosah atau do’a bersama yang dilaksanakan di Masjid Agung Baitus Salam yang diikuti oleh ribuan jamaah.
Setelah isthighosah dilanjutkan aksi pernyataan sikap penolakan full day school dengan melakukan aksi tanda tangan bersama diatas kain kafan sepanjang 10 meter yang digelar diatas trotoar alun alun jl.Supriyadi.
Sebelum ribuan warga NU tanda tangan, secara simbolis dibuka oleh Wakil Bupati Nganjuk,KH.Abdul Wakhid Badrus dengan membubuhkan tanda tangan diatas kain kafan sebagai tanda pernyataan sikap.
” Lembaga madin,TPQ dan TPA adalah lembaga pencetak karakter anak bangsa. Sudah banyak nama nama pahlawan negara ini dididik ilmu ilmu keagamaan. Maka pemerintah harus lebih bijak dan tetap berkaca pada sejarah,” tandas wabub usai tanda tangan.
Perlu diketahui lebih tegas dikatakan Gus Wakhid bahwa madarasah diniyah sudah ada sebelum indonesia merdeka. Jadi peran andil madarasah kepada bangsa dan masyarakat sangat besar. Jadi jika pemerintah merumuskan sistem pendidikan 8 jam 5 hari maka sama saja tidak memberi waktu anak anak kita bisa belajar agama lewat madarasah.
” Sistem pendidikan full day school wajib dicabut ini pernyataan harga mati yang tidak bisa ditawar tawar lagi ,” tegasnya.
Sementara dikatakan Aziz Kabul Budiono selaku pemrakarsa kegiatan ini menjelaskan bahwa surat pernyataan sikap penolakan sistem pendidikan full day school ini akan segera dikirim ke presiden, mentri pendidikan dan kebudayaan serta gubernur jawa timur. ” Secepatnya surat pernyataan sikap segera saya kirim ,” pungkasnya. ( adi)