UNICEF juga mencatat bahwa lebih dari 1,6 juta anak di Kongo timur saat ini tidak mendapatkan pendidikan, termasuk yang berada di provinsi Ituri. Untuk mengatasi situasi ini, UNICEF mengajukan permintaan dana sebesar USD 52 juta (sekitar Rp 846,7 triliun) untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mendesak bagi sekitar 480.000 anak.
Organisasi ini juga menyerukan agar semua pihak yang terlibat dalam konflik di Kongo menghormati fasilitas pendidikan dan menghentikan pemanfaatan sekolah untuk tujuan militer. Konflik ini melibatkan berbagai kelompok pemberontak, termasuk M23 yang telah melawan pasukan pemerintah sejak 2012 dan dipimpin oleh etnis Tutsi.
Peningkatan kekerasan di provinsi Kivu Utara dan Kivu Selatan semakin memperburuk situasi kemanusiaan. Baru-baru ini, pemberontak M23 berhasil merebut ibu kota provinsi Kivu Selatan, Bukavu, setelah menguasai bandara Kavumu.
Rwanda juga dituduh oleh pemerintah Kinshasa telah mendukung kelompok pemberontak M23 dan mengirim pasukan ke Kongo timur, meski Kigali secara konsisten membantah tuduhan tersebut. Pertempuran yang terus berlanjut semakin memperburuk kondisi kemanusiaan dan berisiko merusak masa depan anak-anak yang menjadi korban dari konflik ini.