Jakarta, Memo.co.id
Ikhlas itu kayak ngerawat kepompong sampai jadi kupu kupu. Anda tahu, kupu kupu itu akan pergi dan terbang. Kita tetap ngerawat kepompong, karena kita tahu. Kita harus melayani, tapi tidak untuk memiliki.
Kata mutiara itu keluar dari mulut perempuan tengah baya, yang tidap hari berprofesi sebagai pemulung. Dalam kehidupannya, dia selalu berada di lingkungan kumuh dan penuh dengan sampah. Namanya, ibu Emi. Meski sederhana , bahkan terpinggirkan, namun, kata katanya yang keluar dari mulut perempuan tersebut menjadi viral di akun sosial media.
Melalui akun sosial media Instagram proud.project, wanita itu tak lagi tinggal bersama keluarga. Pasca bercerai dengan suami, ibu Emi yang sehari-hari bekerja memulung barang bekas kini tinggal seorang diri di atas gerobak.
Sesekali ia pun mengingat keluarganya ketika sedang sendirian.
“Sejak saya cerai, saya kehilangan banyak hal. Dulu saya tinggal dirumah dan banyak yang dampingin. Tapi sekarang, saya tidur digerobak sendirian. Mulung sendirian. Makan sendirian,” kata ibu Emi seperti dilansir dari akun Instagram proud.project.
Ia bahkan pernah mengalami nasib sial, yaitu kehilangan semua uangnya karena dicopet. Rupiah demi rupiah yang dia kumpulkan ludes begitu saja. Lagi-lagi di saat berat itu pun ibu Emi harus menjalaninya sendirian. “Dulu saya pernah kehilangan semua uang saya gara-gara dicopet. Itupun saya harus tanggung sendirian,” tutur ibu Emi.
Wanita ini sempat berpikir bahwa hidup tidak adil. Bagaimana tidak, dalam hidup serba sederhana dan penuh kesulitan, ibu Emi masih harus menelan pil pahit karena dibohongi oleh suaminya sendiri. Sang suami yang mengaku merantau ternyata malah tinggal bersama wanita lain. Ibu Emi mengetahui perselingkuhan itu sepulang dia dari pasar
Ia memergoki suaminya tengah duduk bersama wanita di sebuah warung kopi (Warkop).
“Waktu itu, saya lagi ke pasar. Trus saya mau beli minum di warkop. Tiba-tiba saya lihat ada suami saya lagi sama perempuan lain. Suami saya waktu itu bilangnya dia lagi merantau. Ternyata selama ini dia bohong. Dia ga merantau. Dia tinggal sama perempuan lain,” ceritanya kepada proud.project.
Mengetahui kenyataan itu, ibu Emi hanya bisa menangis. Hatinya seperti teriris karena penghianatan tersebut hingga akhirnya memutuskan untuk bercerai. Namun, setelah menjalani suka duka itu, ibu Emi kini mengaku telah ikhlas.
Meskipun awalnya ia merasakan sakit tak terperi, tetapi keikhlasan justru membuat ibu Emi hidup lebih tenang.
Ia pun memberi sebuah perumpaan yang menginspirasi. ” Ikhlas itu kayak ngerawat kepompong sampai jadi kupu kupu. Anda tahu, kupu kupu itu akan pergi dan terbang. Kita tetap ngerawat kepompong, karena kita tahu. Kita harus melayani, tapi tidak untuk memiliki. ” katanya. ( nu )