“Sejak 2016, tren kasus DBD cenderung meningkat di akhir tahun, mulai dari Oktober hingga Desember, lalu mencapai puncaknya antara Januari dan Maret. Biasanya, kasus mulai menurun sekitar bulan Maret atau April,” jelasnya.
Ina juga mengingatkan masyarakat untuk segera menangani anggota keluarga atau orang di sekitar yang mengalami gejala DBD. Pasalnya, keterlambatan penanganan dapat meningkatkan risiko kematian.
“Pada tahun 2024, jumlah total kasus DBD di Indonesia mencapai 250 ribu, dengan 1.418 di antaranya berujung pada kematian,” ungkapnya.
Dengan tingginya angka kasus ini, masyarakat diimbau untuk lebih aktif dalam pencegahan, seperti menguras, menutup, dan mendaur ulang barang bekas yang bisa menjadi sarang nyamuk.