Calon presiden Indonesia mulai menebar janji politik dalam persiapan pemilihan presiden. Namun, kritik dan ketidakpastian mengenai kekonkretan serta dampak jangka panjang dari janji-janji tersebut juga muncul. Mari kita tinjau lebih lanjut beberapa janji dari calon presiden dan pandangan para ahli terkait dengan hal ini.
Kritik Ahli Ekonomi Terhadap Janji Prabowo Subianto yang ‘Manis’
Calon presiden (capres) sudah mulai memberikan janji politiknya. Namun, beberapa dari janji ini dianggap kurang konkret dan tidak memiliki solusi jangka panjang.
Misalnya, Prabowo Subianto telah mengumumkan sejumlah janji, salah satunya adalah memberikan makan gratis kepada seluruh pelajar Indonesia. Prabowo mengungkapkan hal ini saat berbicara di hadapan kader Partai Bulan Bintang (PBB) dalam acara Konsolidasi Zona III di Hotel Pangeran Beach, Padang, Sumatera Barat (Sumbar), pada Rabu (13/9/2023).
Janji ini sebenarnya bukan hal baru, karena Prabowo sudah mengkampanyekannya dalam pemilihan presiden (pilpres) 2019.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, berpendapat bahwa janji Prabowo ini hanya merupakan solusi jangka pendek. Menurutnya, Prabowo seharusnya lebih berfokus pada menciptakan lapangan kerja yang lebih luas untuk membantu orang miskin mendapatkan pekerjaan.
Sementara itu, Direktur Center of Economics and Law Studies, Bima Yudhistira, menyarankan agar Prabowo dan timnya menjelaskan secara lebih rinci mengenai program kerjanya yang diklaim pro rakyat seperti Jokowi. Dia juga mengatakan bahwa penting untuk menjelaskan dari mana sumber pendanaan untuk pelaksanaan kebijakan tersebut, agar pengusaha tidak khawatir akan kenaikan pajak yang mungkin terjadi.
Ganjar Pranowo dan Gaji Guru Rp 30 Juta: Mimpi atau Nyata?
Selain Prabowo, Bhima juga mengomentari janji calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Ganjar Pranowo, yang ingin menaikkan gaji guru menjadi Rp 30 juta. Bhima menyebutnya sebagai hal yang tidak mungkin terlaksana dan mengatakan bahwa hal tersebut hanyalah mimpi di siang bolong.
Sementara itu, dalam konteks Anies Baswedan, Bhima menganggap bahwa mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut belum memaparkan dengan cukup konkret program kerja yang ingin dia jalankan. Meskipun Anies sering mengkritik kebijakan Pemerintah Jokowi, Bhima menginginkan solusi konkret yang ditawarkan Anies untuk memperbaiki pembangunan di era Jokowi.
Dengan demikian, janji-janji politik dari calon presiden perlu lebih diperinci dan dijelaskan dengan baik agar dapat dipahami dan dinilai dengan tepat oleh masyarakat.
Janji-Janji Calon Presiden Indonesia: Antara Harapan dan Kritik
Dalam konteks ini, penting bagi calon presiden untuk merinci janji-janji politik mereka dengan lebih baik, menjelaskan sumber pendanaan, dan menawarkan solusi yang konkret untuk masalah-masalah yang dihadapi Indonesia.
Kesimpulannya, janji-janji politik calon presiden adalah harapan, tetapi juga perlu dilihat dengan kritis untuk memastikan bahwa mereka benar-benar mampu memberikan manfaat jangka panjang bagi negara.
