Example floating
Example floating
Berita

Investor Rusia Mundur dari Kilang Tuban? Masa Depannya Terancam!

×

Investor Rusia Mundur dari Kilang Tuban? Masa Depannya Terancam!

Sebarkan artikel ini
Investor Rusia Mundur dari Kilang Tuban? Masa Depannya Terancam!
Investor Rusia Mundur dari Kilang Tuban? Masa Depannya Terancam!
Example 468x60

MEMO

Proyek Kilang Tuban, yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) Indonesia, menghadapi tantangan serius akibat situasi geopolitik yang melibatkan Rusia dan Ukraina. Rosneft, perusahaan asal Rusia yang memiliki 45% saham dalam proyek ini, menghadapi tekanan akibat investasi negaranya yang terganggu.

Pemerintah Indonesia mencari mitra baru untuk proyek ini, sementara PT Pertamina (Persero) berkomitmen untuk menjaga kelangsungan Kilang Tuban. Dalam artikel ini, kami akan merangkum perkembangan terbaru seputar proyek ini dan mempertimbangkan masa depannya.

Situasi Geopolitik Menggoyang Kilang Tuban: Rosneft Mundur?

Pemerintah Indonesia telah mengumumkan bahwa mereka saat ini sedang mencari mitra lain untuk bekerja sama dengan PT Pertamina (Persero) dalam proyek New Grass Root Refinery and Petrochemical (NGRR) Tuban, yang juga dikenal sebagai Kilang Tuban, yang berlokasi di Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

Proyek ini sebenarnya merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) dan saat ini sedang dikerjakan oleh perusahaan Rusia, Rosneft, yang memiliki 45% saham, sedangkan PT Pertamina memiliki 55% saham dalam proyek tersebut.

Namun, belakangan muncul isu bahwa Rosneft mungkin tidak akan melanjutkan proyek ini karena investasinya terganggu oleh situasi geopolitik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, juga menyatakan bahwa Rusia menghadapi isolasi internasional dan masalah ekonomi yang membuatnya sulit untuk melanjutkan investasinya, termasuk di Indonesia.

Airlangga menyampaikan, “Karena Rusia menghadapi blokade dan persoalan ekonomi dan geopolitik sehingga mungkin sulit untuk melanjutkan (investasi). Dicarikan partner lain.” Namun, Airlangga tidak memberikan konfirmasi pasti apakah Rosneft akan benar-benar mundur dari proyek Kilang Tuban. Dia hanya meminta Pertamina untuk mencari investor baru.

Selain itu, Airlangga juga menegaskan bahwa proyek Kilang Tuban masih tetap masuk dalam kategori Proyek Strategis Nasional, meskipun perlu mencari mitra baru. “PSN-nya masih karena kan proyeknya kan masih cuma partnernya yang harus dicarikan baru,” ungkap Airlangga.

Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, juga tidak memberikan konfirmasi tegas mengenai apakah Rosneft telah mundur dari proyek Kilang Tuban. Ia hanya menyatakan bahwa pemerintah berusaha agar semua PSN tetap berjalan, “Kita ingin semua PSN jalan, kita cari cara,” ungkap Dadan Kusdiana.

Pencarian Investor Baru: Kilang Tuban Tetap Jadi Proyek Strategis Nasional

Tentang apakah Rosneft akan tetap terlibat dalam proyek Kilang Tuban, Dadan hanya menyatakan, “Ya barangkali dari sisi pelaksanaan di lapangan terus, secara dinamis terus berjalan saja.”

Sementara itu, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Taufik Aditiyawarman, memastikan bahwa proyek Kilang Tuban akan terus berlanjut. Keputusan final investasi (Final Investment Decision/FID) untuk proyek ini diharapkan dapat diambil pada tahun 2024. Dengan demikian, proyek ini dijadwalkan untuk mulai beroperasi pada tahun 2028.

Taufik menjelaskan, “Kilang Tuban sekarang proses pemilihan namanya financial advisor. Kenapa ini diperlukan, untuk membuat financial modelling untuk kilang ini supaya bankable marketable.” Dengan penundaan ini, jadwal proyek akan mengalami penyesuaian, namun perusahaan menargetkan agar proyek ini bisa beroperasi pada tahun 2028.

Dalam proyek Kilang Tuban ini, Pertamina, melalui Subholding Refinery & Petrochemical, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), memiliki 55% kepemilikan saham, sementara Rosneft memiliki 45% kepemilikan saham. Proyek kilang minyak ini memiliki target untuk memproduksi bahan bakar minyak dengan standar Euro V sebanyak 12,8 juta kiloliter per tahun, termasuk avtur sebanyak 1,49 juta kiloliter, diesel sebanyak 5,2 juta kiloliter, RON 92 sebanyak 5,95 juta kiloliter, dan RON 95 sebanyak 0,16 juta kiloliter.

Selain itu, kilang Tuban ini juga diharapkan dapat memproduksi 4,70 juta ton petrokimia per tahun, termasuk 1,3 juta ton paraxylene, 510 ribu ton styrene, 650 ribu ton LLDPE/HDPE, 1,16 juta ton polypropylene, 407 ribu ton sulfur, 500 ribu ton MEG, dan 173 ribu ton MTBE setiap tahunnya.

Masa Depan Proyek Kilang Tuban: Tantangan dan Harapan

Masa depan proyek Kilang Tuban tetap menjadi sorotan dalam konteks ekonomi dan geopolitik global. Pemerintah Indonesia harus menjaga keseimbangan antara menjaga proyek ini tetap berjalan dan mencari solusi dalam situasi yang terus berubah.

Bagaimanapun, Kilang Tuban tetap menjadi salah satu proyek strategis yang memiliki potensi besar untuk mendukung pertumbuhan industri di Indonesia.

 

 

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.