Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia (Aspebindo) menyebut, banyak peluang yang dapat diambil dari konflik invasi Rusia ke Ukraina. Terutama terkait harga batu bara dunia yang kian terusulut akibat adanya agresi militer di kawasan Eropa Timur tersebut.
Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia (ASPEBINDO)Anggawira mengatakan, harga komoditas batu bara mencetak rekor tertinggi tahun ini. Harga baru bara diperdagangkan hingga ke level USD 270 per metrik ton. Bursa ICE Newcastle mencatat penguatan harga komoditas batu bara terjadi untuk kontrak Maret dan April.
Menurutnya, kondisi ini diharapkan dapat dijadikan momentum terutama bagi seluruh pemasok Batu bara untuk penguatan harga dan meningkatkan produktivitas.
“Tentu saja jika kondisi ini bisa di manfaatkan oleh seluruh pengusaha atau pemasok batu bara bukan saja swasta yang mendapat durian runtuh namun Negara juga secara otomatis ke depan PNBP (pendapatan negara bukan pajak) akan meningkat,” kata Anggawira dalam keterangannya, Senin (28/2).
Keuntungan lainnya, aktivitas ekspor batu bara para perusahaan tambang RI diperkirakan tidak akan terganggu lantaran 98 persen ekspor batubara RI menyasar Asia Pasifik. “Dengan adanyaa situasi ini, pasti akan ada kekosongan yang tidak bisa di penuhi untuk permintaan batu bara secara global. Dan hal ini harus di eksplorasi oleh Indonesia untuk meningkatkan ekspor batu bara,” tuturnya.
Ia menyebut, Rusia saat ini menguasai sebanyak 18 persen pasar ekspor batu bara global. Volume ekspor batubara Rusia pada 2020 mencapai 198 juta ton senilai USD 12,4 miliar. Tentunya, krisis tersebut memicu negara konsumen mengalihkan batu bara sebagai sumber energi. Tingginya permintaan yang tidak ditopang dengan pasokan memadai menyebabkan harga emas hitam terus menguat.
“Kondisi ini langka, jangan sampai kita tidak bisa memanfaatkan. Ekspor batu bara saat ini sangat berpotensi namun jangan lupa kebutuhan batu bara dalam negeri kita harus tetap terpenuhi,” ucapnya.
Seperti yang diketahui, pada tahun ini Indonesia menargetkan bisa memproduksi batu bara mencapai 663 juta ton. Produksi tersebut diantaranya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) sebesar 165,7 juta ton dan sisanya 497,2 juta ton untuk mengisi pasar ekspor.