MEMO, Yogyakrta: Pelaksanaan lima hari sekolah di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman menuai perdebatan dan reaksi beragam. Forum Pemantau Independen (Forpi) mengingatkan agar siswa tidak diberi beban tambahan di rumah setelah seharian beraktivitas di sekolah.
Meskipun terdapat kekhawatiran terhadap beban fisik dan mental siswa, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman meyakinkan bahwa penerapan lima hari sekolah bertujuan untuk meningkatkan prestasi dan interaksi siswa dengan pengajar.
Forum Pemantau Independen: Jangan Bebani Siswa dengan Tugas Tambahan di Rumah
Pelaksanaan lima hari sekolah yang telah diterapkan di Kota Yogyakarta memiliki dampak positif dan negatif. Karena alasan tersebut, Forum Pemantau Independen (Forpi) menyarankan agar siswa tidak diberi tugas tambahan di rumah karena mereka sudah sangat lelah setelah seharian beraktivitas di sekolah.
“Keuntungannya adalah anak-anak bisa lebih banyak belajar di sekolah, tetapi jangan sampai mereka terbebani dengan tugas tambahan setelah seharian berada di sekolah. Pastinya mereka sudah lelah saat pulang sore, dan itu dapat mempengaruhi fisik dan mental mereka, belum lagi jika ada les dan TPA,” ungkap Baharuddin Kamba, Anggota Forum Pemantau Independen (Forpi) Kota Yogyakarta, dalam wawancara dengan RRI pada Selasa (11/7/2023).
Keputusan Kabupaten Sleman Terapkan Lima Hari Sekolah Menuai Respons Positif
Sementara itu, Kabupaten Sleman juga menerapkan lima hari sekolah pada tahun ajaran baru 2023/2024 ini. Keputusan ini diambil setelah melakukan studi terhadap para pegawai, pengajar, siswa, dan orang tua.
Menurut Ery Widaryana, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, penerapan lima hari sekolah ini tidak mengurangi waktu belajar siswa, tetapi hanya mengkompres jadwal belajar dalam lima hari.
Dengan jadwal yang lebih padat, interaksi antara siswa dan pengajar diharapkan dapat lebih maksimal, dan juga memberikan waktu luang tambahan bagi keluarga di akhir pekan.