Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, mengungkapkan pandangan tajamnya terhadap dinamika perilaku politikus yang kerap memanfaatkan nama ‘Gusdurian’ demi mendapatkan dukungan menjelang pemilu.
Namun, melalui kritik tersebut, Alissa menyoroti hilangnya keterlibatan ‘Gusdurian’ dan konsep ‘rakyat’ saat politikus telah berhasil meraih posisi dan sedang berupaya membagi-bagi kekuasaan. Dalam konteks ini, artikel ini mengulas bagaimana fenomena ini mencerminkan kompleksitas hubungan antara politikus, rakyat, dan warisan pemikiran Gus Dur.
Alissa Wahid: Gus Durian Hanya ‘Teman’ Saat Pemilu, Hilang saat Berkuasa
Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, mengungkapkan sindiran tajam terhadap perilaku politikus yang kerap hanya menyebut nama ‘Gusdurian’ ketika mereka memerlukan dukungan suara menjelang pemilihan umum.
Namun, ia dengan tegas menyatakan bahwa istilah ‘Gusdurian’ dan ‘rakyat’ seringkali terlupakan ketika para politikus tersebut berhasil terpilih dan tengah mengatur pembagian kekuasaan.
Dalam pernyataannya yang dikeluarkan melalui laman resmi NU, Alissa menyuarakan keprihatinannya terhadap kecenderungan para politikus yang hanya mengaitkan nama Gusdurian dengan kepentingan mereka ketika sedang menikmati fasilitas negara atau dalam proses membagi-bagi posisi penting.
Namun, ia menegaskan bahwa saat waktunya tiba untuk meraih dukungan massal dalam pemilihan umum, baru lah nama Gusdurian dipanggil bersama-sama dengan rakyat.
Sebagai anak sulung dari Presiden ke-4 Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Alissa memiliki pandangan bahwa fenomena ini muncul karena elite politik hanya mengingat rakyat pada saat-saat menjelang pemilihan umum.
Dia merasa bahwa para elit politik sibuk memperhatikan kepentingan rakyat hanya karena mereka sedang bersiap untuk bersaing demi memegang kekuasaan atas nama rakyat.
Meskipun demikian, Alissa melihat sisi positif dalam penggunaan nama ‘Gusdurian’ oleh politikus jelang Pemilu 2024. Baginya, hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak orang yang merasa dekat dan terhubung dengan nilai-nilai Gus Dur.