MEMO, Singaraja: Dalam perayaan Hari Raya Galungan tahun ini, umat Hindu diminta untuk merenung dan mengoreksi diri dengan lebih mendalam. Tidak hanya sekadar upacara keagamaan rutin, namun momen ini mengandung makna spiritual yang kaya.
Menurut Prajuru Pura Agung Jagatnatha Buleleng, Bali, perayaan kali ini mengajak umat Hindu untuk menguatkan kebenaran dan menolak segala bentuk ketidakbenaran.
Mari ikuti cerita menarik tentang kesyukuran atas terciptanya alam semesta beserta seluruh isinya dan perjuangan untuk menegakkan Dharma yang menawan!
Umat Hindu Rayakan Galungan sebagai Momentum Introspeksi dan Keheningan
Umat Hindu diharapkan merayakan Hari Raya Galungan tahun ini dengan penuh introspeksi dan koreksi diri.
Perayaan ini tidak sekadar upacara keagamaan rutin semata, melainkan harus dihayati dengan makna yang lebih mendalam, sesuai dengan slogan umat Hindu, yaitu “Satyam Eva Jayate Nanrtam” yang berarti hanya kebenaranlah yang akan menang, bukan ketidakbenaran.
Perayaan Hari Raya Galungan: Mengenang Terciptanya Alam Semesta dan Kemenangan Dharma
Demikianlah yang diungkapkan oleh Prajuru Pura Agung Jagatnatha Buleleng, Bali, yaitu Drs I Nyoman Rasa Olas, M.Ag dalam keterangan tertulisnya pada Selasa, 1 Agustus 2023.
Beliau juga menambahkan bahwa Hari Raya Galungan adalah saat bagi umat Hindu untuk memperingati terciptanya alam semesta beserta isinya dan juga menjadi kesempatan untuk meraih kehidupan yang lebih bersih.
Perayaan Hari Raya Galungan dilakukan oleh umat Hindu setiap enam bulan sekali di Bali, dengan tepatnya pada hari Buddha Kliwon Dungulan (Rabu Kliwon wuku Dungulan).
Pada tahun ini, Hari Raya Galungan jatuh pada tanggal 2 Agustus 2023, di mana perayaan ini merupakan simbol kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). Galungan juga diartikan sebagai ungkapan rasa syukur atas kemakmuran dan kesejahteraan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.