Pada awal pekan sebelumnya, harga minyak juga mengalami penurunan setelah data menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS turun lebih sedikit dari perkiraan, dan Federal Reserve AS menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase, meninggalkan kemungkinan kenaikan lebih lanjut di masa mendatang.
Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates LLC di Galena, Illinois, menyatakan, “Kami masih belum melihat banyak peningkatan permintaan produk, terutama dalam produk sampingan yang telah memberikan sebagian besar dukungan terhadap kenaikan harga dalam sebulan terakhir.”
Demikianlah gambaran mengenai situasi harga minyak pada perdagangan awal Asia yang mencerminkan dampak dari kekhawatiran permintaan dan data ekonomi yang beragam. Semua informasi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi pasar minyak saat ini.
Harga Minyak Turun di Awal Perdagangan Asia: Kekhawatiran Permintaan dan Data Ekonomi yang Kuat Mempengaruhi Pasar
Harga minyak mengalami kenaikan karena adanya harapan perlambatan ekonomi global mulai mereda berkat laporan laba yang positif dan data ekonomi AS yang melebihi perkiraan.
Departemen Perdagangan AS bahkan melaporkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal kedua tumbuh sebesar 2,4 persen, mengungguli konsensus sebelumnya sebesar 1,8 persen.
Meskipun data ekonomi AS yang lebih baik, kenaikan suku bunga oleh bank sentral global untuk mengatasi inflasi yang tinggi menimbulkan pertanyaan tentang permintaan jangka panjang terhadap minyak. The Fed baru-baru ini menaikkan suku bunga 25 basis poin dan Bank Sentral Eropa juga mengerek suku bunga pada tanggal 27 Juli.