Example floating
Example floating
Teknologi Digital

Gempa Megathrust Mematikan! Tsunami 18 Meter Mengancam Selatan Jawa!

×

Gempa Megathrust Mematikan! Tsunami 18 Meter Mengancam Selatan Jawa!

Sebarkan artikel ini
Gempa Megathrust Mematikan! Tsunami 18 Meter Mengancam Selatan Jawa!
Gempa Megathrust Mematikan! Tsunami 18 Meter Mengancam Selatan Jawa!
Example 468x60

MEMO

Gempa Megathrust di selatan Jawa Tengah memiliki potensi mengancam kehidupan dan properti dengan tsunami setinggi 18 meter. Dalam sebuah acara sekolah lapang gempabumi dan tsunami (SLG) di Kabupaten Kebumen, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan betapa pentingnya persiapan dan edukasi dalam menghadapi ancaman alam ini. Inilah yang perlu kita ketahui tentang potensi bahaya dan upaya mitigasi gempa megathrust di Indonesia.

Potensi Bahaya Gempa Megathrust dan Tsunami di Wilayah Pesisir Jawa Tengah

Gempa Megathrust di bagian selatan Jawa memiliki potensi untuk memicu gelombang tsunami dengan ketinggian mencapai 18 meter di sepanjang pesisir selatan Jawa Tengah. Informasi ini terungkap selama pelaksanaan sekolah lapang gempabumi dan tsunami (SLG) di Kabupaten Kebumen, yang terletak di wilayah pesisir selatan Jawa Tengah pada hari Sabtu (30/9).

Dalam pernyataannya, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa Kabupaten Kebumen merupakan salah satu zona potensial untuk terjadinya gempa dan tsunami di Indonesia karena posisinya yang berhadapan langsung dengan zona megathrust di selatan Jawa.

Megathrust ini memiliki potensi magnitudo maksimum M 8,7. Gempa megathrust ini terjadi di zona subduksi, yaitu wilayah di mana Lempeng Indo-Australia bertemu dengan Lempeng Eurasi di dasar laut Samudra Hindia selatan Kebumen.

Dalam model penyebaran gelombang tsunami akibat gempa dengan skenario ini, Dwikorita mengatakan bahwa tinggi gelombang tsunami diperkirakan mencapai 14 hingga 18 meter di Kabupaten Kebumen, dengan waktu tiba di pesisir pantai sekitar 38 hingga 46 menit setelah terjadi gempa.

Dampak getaran yang diakibatkan oleh gempa ini diperkirakan mencapai skala VII-VIII MMI, yang berarti getaran yang kuat hingga sangat kuat dan dapat menyebabkan kerusakan sedang hingga berat.

Kesiapan dan Edukasi: Kunci Menghadapi Ancaman Gempa dan Tsunami

Oleh karena itu, pihak berwenang terus melakukan SLG sebagai bagian dari upaya literasi kebencanaan masyarakat untuk mencapai tujuan “nol korban” di wilayah-wilayah yang rentan terhadap gempa bumi dan tsunami.

Di lokasi yang sama, Anggota DPR RI dari Komisi V, Lasmi Indaryani, menyatakan bahwa Kebumen dan wilayah-wilayah di sepanjang pesisir selatan Jawa sangat memerlukan pelatihan SLG untuk mengurangi jumlah korban jika terjadi gempa dan tsunami.

“Gempa dan tsunami adalah kehendak Tuhan, dan karena tidak dapat diprediksi, kita harus siap. Persiapan ini harus didukung oleh edukasi melalui SLG,” katanya.

Sebelumnya, sejumlah tim ahli, termasuk Dwikorita, dalam sebuah jurnal yang berjudul ‘Potensi Gempa Megathrust dan Tsunami di Pantai Selatan Jawa Barat dan Tenggara Sumatra, Indonesia’, yang diterbitkan pada bulan Oktober 2022 di jurnal Natural Hazard, memprediksi ketinggian tsunami mencapai 34 meter akibat megathrust.

Para peneliti mengungkapkan bahwa potensi tsunami besar di selatan Jawa terkait dengan tingkat aktivitas gempa yang tinggi di sekitar Jawa Barat dan Sumatra, akibat dari pertemuan antara Lempeng Indo-Australia dan subduksi di bawah Lempeng Sunda.

Mereka juga mencatat bahwa tinggi tsunami rata-rata di pantai Sumatera dan Jawa adalah masing-masing 11,8 meter dan 10,6 meter, yang merupakan hasil dari efek gaya dorong balik.

Potensi Bahaya Gempa Megathrust dan Tsunami di Selatan Jawa: Kesiapan dan Edukasi Masyarakat

Sejumlah penelitian ilmiah telah memperingatkan tentang potensi bahaya besar yang ditimbulkan oleh gempa megathrust di selatan Jawa. Dengan tinggi tsunami mencapai 34 meter yang diprediksi oleh para ahli, langkah-langkah persiapan dan edukasi masyarakat menjadi sangat penting.

Kabupaten Kebumen dan wilayah-wilayah sepanjang pesisir selatan Jawa Tengah harus terus menggelar SLG sebagai bagian dari upaya literasi kebencanaan untuk mencapai “nol korban.” Kita tidak dapat memprediksi kapan gempa akan terjadi, tetapi kita dapat mempersiapkan diri dan meminimalisasi risiko kerusakan dan korban jiwa. Edukasi melalui SLG adalah kunci untuk menghadapi kehendak alam yang tidak dapat diprediksi ini.

 

 

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.