Tantangan berat melanda salah satu perempuan paling kaya di Tiongkok, Yang Huiyan, yang memimpin perusahaan properti raksasa, Country Garden. Kekayaannya telah merosot drastis dalam dua tahun terakhir, mengalami penurunan lebih besar daripada miliarder mana pun di seluruh dunia.
Bloomberg melaporkan bahwa situasi keuangan perusahaan ini semakin genting, dengan indikasi adanya risiko gagal bayar.
Yang Huiyan dan Perjuangannya Menghadapi Penurunan 84% Kekayaan dalam 2 Tahun
Salah satu perempuan paling kaya di Tiongkok, Yang Huiyan, memimpin perusahaan properti raksasa Country Garden. Namun, Yang telah mengalami penurunan kekayaan yang lebih besar daripada miliarder mana pun di seluruh dunia dalam dua tahun terakhir. Berdasarkan laporan dari Bloomberg, kerajaan bisnisnya berada di ambang kegagalan dalam membayar utang.
Kekayaan bersihnya telah merosot sebanyak 84% sejak bulan Juni 2021 atau setara dengan USD28,6 miliar (sekitar Rp434 triliun), menurut indeks Bloomberg Billionaires, sebagaimana dilansir oleh WE Online di Jakarta, pada hari Kamis (10/8/23).
Pada saat ini, kekayaan bersih Yang berjumlah USD5,5 miliar (sekitar Rp83,6 triliun), penurunan yang menjadi yang terbesar bagi orang terkaya di dunia selama jangka waktu tersebut. Bahkan, hanya pada hari Selasa yang lalu, ia telah kehilangan USD490 juta (sekitar Rp7,4 triliun) lagi.
Perusahaan miliknya, Country Garden, pernah menjadi pengembang terbesar di Tiongkok, namun akhir-akhir ini mereka telah gagal dalam membayar bunga dari dua obligasi yang berdenominasi dalam dolar AS. Hal ini telah membuat para investor khawatir, terutama dengan situasi sulit yang tengah dihadapi oleh sektor properti Tiongkok. Sebagai akibatnya, harga saham perusahaan konstruksi besar ini telah turun sebanyak 16% di bursa Hong Kong.
Tantangan Berat Country Garden: Krisis Kekayaan dan Risiko Gagal Bayar
Media milik pemerintah, Paper.cn, telah melaporkan bahwa Country Garden sedang menghadapi kesulitan likuiditas sementara akibat dari penjualan yang menurun dan situasi pembiayaan yang semakin sulit. Perusahaan ini saat ini tengah berusaha untuk mendapatkan dana guna mengatasi krisis utang yang sedang dihadapinya dan juga untuk melindungi hak-hak kreditur yang sah. Sampai hari ini, Country Garden masih diberikan masa tenggang selama 30 hari sebelum dapat dianggap mangkir.
Industri properti Tiongkok, yang dahulu pernah mengalami pertumbuhan yang pesat, kini telah menyumbang sekitar 30% dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut. Akan tetapi, banyak pengembang besar yang telah terjebak dalam masalah utang besar-besaran.