MEMO – Pulau Kemaro, yang terletak di tengah Sungai Musi, Palembang, kembali menjadi pusat perayaan Cap Go Meh, sebuah tradisi penting dalam budaya Tionghoa yang berlangsung 15 hari setelah Tahun Baru Imlek.
Tahun ini, puncak perayaan Cap Go Meh jatuh pada Senin dan Selasa, 11-12 Februari 2025, dan sukses menarik ribuan pengunjung dari berbagai daerah. Saat malam tiba, cahaya lampion yang menerangi setiap sudut Pulau Kemaro menciptakan suasana yang sakral sekaligus meriah.
Mini, seorang pengunjung yang baru pertama kali menghadiri perayaan ini, tak bisa menyembunyikan kekagumannya.
“Saya benar-benar takjub melihat begitu banyak warga Tionghoa yang datang untuk beribadah dan memberikan persembahan kepada leluhur mereka. Suasananya terasa begitu khidmat,” ujarnya pada Minggu (9/2/2025).
Selain ritual sembahyang, pengunjung juga disuguhkan pemandangan menakjubkan dari pagoda bertingkat yang dihiasi naga kembar, ikon khas Pulau Kemaro. Tak hanya itu, para sesepuh turut membagikan kisah legendaris tentang cinta abadi Tan Bun An dan Siti Fatimah, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Palembang.
“Saya baru tahu ada legenda cinta yang begitu menyentuh di balik Pulau Kemaro ini. Jadi, makin penasaran untuk kembali lagi tahun depan,” ujar Mini dengan penuh antusias.
Cap Go Meh di Pulau Kemaro tidak hanya tentang ibadah dan ritual sakral, tetapi juga dimeriahkan dengan atraksi budaya yang spektakuler.
Pengunjung dapat menikmati pertunjukan barongsai dan wushu yang energik, menambah semarak suasana perayaan. Tak ketinggalan, beragam kuliner khas Imlek seperti bakpao, kwetiau goreng, dan kue keranjang menjadi incaran pengunjung yang ingin mencicipi makanan khas perayaan ini.
Selain menjadi ajang spiritual dan budaya, perayaan Cap Go Meh juga memberikan dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat sekitar.
Di sepanjang area perayaan, banyak pedagang menjajakan suvenir khas seperti mainan barongsai, patung kucing menggapai, hingga hiasan lampion beraneka warna. Keberadaan UMKM di sekitar lokasi tak hanya memperkaya suasana festival, tetapi juga meningkatkan perekonomian lokal dengan omzet yang meningkat tajam selama acara berlangsung.
Dengan suasana yang penuh cahaya lampion, aroma dupa yang khas, serta antusiasme masyarakat yang tinggi, Cap Go Meh di Pulau Kemaro bukan sekadar perayaan biasa. Ini adalah wujud nyata pelestarian budaya, harmoni antarwarga, serta bukti bahwa tradisi yang telah berlangsung ratusan tahun tetap hidup dan berkembang di Palembang.