MEMO – Para pemudik Lebaran 2025 atau Idulfitri 1446 H perlu meningkatkan kewaspadaan. Pasalnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan adanya potensi cuaca ekstrem yang dapat terjadi selama periode mudik. Diperkirakan puncak arus mudik akan terjadi pada H-3 atau tanggal 28 Maret 2025, dengan pergerakan masyarakat mencapai angka fantastis, yaitu 12,1 juta orang. Sayangnya, pada periode krusial tersebut, sejumlah provinsi yang menjadi jalur utama mudik diprediksi akan diguyur hujan lebat.
BMKG menyatakan bahwa beberapa provinsi berpotensi mengalami hujan lebat yang patut diwaspadai. Provinsi-provinsi tersebut meliputi Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, dan Papua Selatan.
“Para pemudik yang akan melintasi wilayah-wilayah ini diharapkan untuk lebih berhati-hati, terutama di jalur-jalur yang rawan bencana seperti banjir dan longsor, contohnya jalur Pantura dan jalur selatan Jawa. Bahkan, beberapa ruas jalan tol juga berpotensi tergenang air,” ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, kepada Pro 3 RRI pada Kamis (22/3/25) malam.
BMKG membagi prediksi cuaca menjadi tiga periode penting, yaitu tanggal 20-26 Maret, 27 Maret-2 April, dan 3-9 April. “Kita membagi menjadi sepekan sebelum hari Lebaran, sepekan saat Lebaran, dan sepekan setelah Lebaran,” jelas Guswanto.
Menurutnya, potensi cuaca ekstrem ini umumnya disebabkan oleh beberapa gangguan atmosfer, termasuk adanya sirkulasi siklonik di beberapa perairan Indonesia. Selain itu, aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) serta gelombang atmosfer Rossby Ekuator dan Kelvin juga turut memberikan pengaruh signifikan terhadap kondisi cuaca.
Guswanto juga mengimbau kepada masyarakat yang akan melakukan perjalanan mudik menggunakan transportasi udara dan laut untuk selalu memperhatikan prakiraan cuaca terkini, terutama di bandara atau pelabuhan tujuan.
Bagi para pemudik yang akan menyeberang menggunakan kapal laut di perairan Selat Sunda, Selat Lombok, Laut Jawa, dan perairan sekitar Nusa Tenggara, kewaspadaan juga perlu ditingkatkan. Pasalnya, terdapat potensi gelombang tinggi dan angin kencang yang dapat terjadi di wilayah-wilayah tersebut.