Transportasi laut dan pelabuhan memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Pengiriman barang-barang selama ini didominasi transportasi laut, dan pelabuhan sebagai tempat bongkar muatnya. Meski demikian, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan, terutama peran stakeholder kepelabuhanan.
Hal ini disampaikan Danny Rahmad Agustiawan General Manajer Pelabuhan Tanjung Perak dalam seminar nasional “Outlook Industri Kepelabuhanan 2022-2026” yang digelar Seksi Wartawan Kepelabuhanan dan Kemaritiman PWI Jatim, Sabtu (19/3/2022).
Danny menyatakan, selama ini masih ada pekerjaan rumah, terutama untuk menekan biaya logistik nasional. “Sejak merger September 2021 lalu, memang salah satu fokus kita adalah menekan biaya logistik,” ungkapnya.
Dengan melayani 120-140 kapal di seluruh Pelabuhan Tanjung perak yang keluar masuk tiap hari, kata Danny, ada permasalahan yang kompleks. Belum lagi kebijakan Over Dimension Over Loading (ODOL) yang berdampak pada muatan kapal roll on-roll off (Ro-Ro). Danny menambahkan, terdapat fenomena menarik dari truk-truk yang membawa barang dan masuk kapal menuju ke lokasi-lokasi daerah terpencil, saat kembali membawa barang-barang omprengan.
Danny juga mengungkapkan bahwa ada lima isu utama terkait kepelabuhanan. Yang pertama adalah regulasi pemerintah yang tidak kondusif, efisiensi value chain darat yang rendah, efisiensi value chain maritim yang rendah, operasi dan infrastruktur pelabuhan tidak optimal, dan supply demand tidak seimbang. Sedangkan sasaran utama Pelindo pasca merger adalah target 16,7 juta petikemas di tahun 2023.
General Manajer Pelabuhan Tanjung Perak tersebut juga menyebut, ada 96 pelabuhan yang dikelola Pelindo. Meski demikian, ada keengganan pengusaha besar masuk ke daerah karena dualisme pengelolaan pelabuhan. Satu pelabuhan dikelola Pelindo, dan satu lagi dikelola pihak lain (non-Pelindo). “Pelindo tak bisa berdiri sendiri tapi kolaborasi. Ini yang kita butuhkan saat ini,” ujar Danny.
Sementara itu, Bambang Sukadi Ketua BPD Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jatim menerangkan, importasi merupakan kegiatan yang luar biasa. Apalagi selama pandemi, impor tetap berjalan.