Operasi senyap aparat mendekati rektor-rektor perguruan tinggi untuk menyuarakan narasi positif terhadap pemerintahan Jokowi jelang Pemilu 2024 terungkap. Mahfud MD mengungkapkan upaya tersebut, namun beberapa rektor menolak permintaan tersebut. Bagaimana respons Kaporestabes Semarang terhadap situasi ini?
Rektor Perguruan Tinggi Didekati untuk Narasi Pro Jokowi
Calon wakil presiden nomor urut 3, yaitu Mahfud MD, mengungkapkan bahwa ada upaya yang dilakukan secara rahasia oleh aparat untuk mendekati sejumlah rektor perguruan tinggi. Mereka yang belum mengungkapkan pendapat kritis mereka terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) diminta untuk membuat narasi yang positif menjelang Pemilu 2024.
Menurut Mahfud, beberapa rektor perguruan tinggi kemudian menyampaikan pernyataan yang diminta oleh pihak yang melakukan operasi tersebut.
Mahfud juga menyatakan bahwa tidak semua rektor yang didatangi oleh pihak tersebut mengikuti permintaan tersebut. Salah satunya adalah Ferdinandus Hindiarto, rektor Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, Jawa Tengah.
Hindiarto mengkonfirmasi bahwa dia dihubungi oleh seseorang yang mengaku dari Polrestabes Semarang. Dia diminta untuk membuat video testimoni dan ajakan untuk pemilu damai, serta narasi positif untuk pemerintahan Jokowi. Namun, Hindiarto menolak permintaan tersebut.
Irwan Anwar, Kaporestabes Semarang, mengonfirmasi bahwa ada anggotanya yang mendekati Rektor Unika Soegijapranata. Namun, menurut Irwan, hal tersebut merupakan bagian dari program cooling system atau upaya untuk menurunkan tensi politik menjelang Pemilu 2024.
Operasi Senyap: Pengaruh Terhadap Rektor dan Respons Kaporestabes Semarang
Irwan menegaskan bahwa aksi permintaan video imbauan pemilu damai ini tidak untuk menandingi aksi petisi dari berbagai kampus.
Selain Rektor Unika Soegijapranata, Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Masrukhi, juga mengaku diminta oleh kepolisian untuk membuat hal serupa. Masrukhi mengatakan bahwa aktivitas membuat video testimoni seperti ini sudah sering dilakukan sebagai bentuk kemitraan antara perguruan tinggi, Polri, TNI, dan organisasi keagamaan.
Komjen Fadil Imran membantah adanya operasi aparat yang menekan para rektor perguruan tinggi untuk menyuarakan narasi positif terhadap Jokowi. Fadil mengatakan bahwa polisi secara rutin mendatangi berbagai pihak, bukan hanya rektor, tetapi juga tokoh masyarakat dan tokoh agama.
Wakapolri Komjen Agus Andrianto juga telah menegaskan bahwa tidak ada anggota Polri yang memaksa sejumlah rektor untuk membuat video memuji Presiden Jokowi. Agus menyatakan bahwa Polri fokus untuk menciptakan suasana dan situasi kondusif menjelang Pemilu.
Pendekatan Terhadap Rektor Perguruan Tinggi: Reaksi dan Tujuan Kaporestabes Semarang
Meskipun terdapat upaya operasi senyap untuk mempengaruhi rektor-rektor perguruan tinggi dalam menyuarakan narasi positif terhadap pemerintahan Jokowi, beberapa di antaranya menegaskan netralitas dan menolak permintaan tersebut.
Respons dari Kaporestabes Semarang menegaskan bahwa pendekatan terhadap rektor-rektor tersebut merupakan bagian dari program cooling system untuk menurunkan tensi politik menjelang Pemilu 2024, dengan fokus pada terciptanya suasana aman dan damai.