Example floating
Example floating
Life StyleSehat

Rahasia Sukses Ibu: Kebijakan Cuti Melahirkan yang Mempengaruhi Pemberian ASI!

×

Rahasia Sukses Ibu: Kebijakan Cuti Melahirkan yang Mempengaruhi Pemberian ASI!

Sebarkan artikel ini
Rahasia Sukses Ibu: Kebijakan Cuti Melahirkan yang Mempengaruhi Pemberian ASI!
Rahasia Sukses Ibu: Kebijakan Cuti Melahirkan yang Mempengaruhi Pemberian ASI!
Example 468x60

MEMO

Kebijakan cuti melahirkan memiliki dampak positif yang signifikan terhadap durasi pemberian ASI, seperti yang diungkapkan oleh Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Naomi Esthernita. Studi-studi terbaru mengungkapkan bahwa cuti melahirkan berkontribusi pada inisiasi, eksklusivitas, dan durasi menyusui.

Namun, bagaimana kebijakan ini memengaruhi ibu, anak, dan bahkan perusahaan? Mari kita temukan jawabannya melalui kesimpulan artikel ini.

Kebijakan Cuti Melahirkan: Manfaat Tersembunyi Bagi Ibu, Anak, dan Perusahaan

Kebijakan cuti melahirkan memiliki efek positif terhadap durasi pemberian ASI. Naomi Esthernita, Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mengungkapkan bahwa kebijakan ini berdampak positif terhadap inisiasi, eksklusivitas, dan durasi menyusui. Hal ini didukung oleh hasil studi yang diterbitkan pada tahun 2018.

Dalam studi tersebut, ditemukan bahwa wanita yang mendapatkan cuti melahirkan selama tiga bulan setidaknya memiliki peluang 50 persen lebih besar untuk menyusui lebih lama dibandingkan dengan wanita yang kembali bekerja sebelum tiga bulan pasca melahirkan. Naomi menyampaikan temuan ini dalam sebuah konferensi pers virtual beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, Naomi menjelaskan bahwa wanita yang mendapatkan cuti melahirkan selama enam bulan atau lebih memiliki peluang 30 persen lebih besar untuk mempertahankan menyusui setidaknya selama enam bulan pertama.

Signifikansi cuti melahirkan dan menyusui juga diperkuat oleh hasil studi pada tahun 2019. Naomi menyoroti bahwa studi ini secara khusus membahas tentang cuti melahirkan dan pemberian ASI eksklusif.

Dalam penelitian tersebut, ditemukan bahwa ibu yang mendapatkan cuti melahirkan memiliki tingkat pemberian ASI eksklusif yang 91 persen lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang bekerja tanpa mendapatkan cuti melahirkan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan bahwa cuti melahirkan harus diberikan minimal selama 18 minggu, atau sekitar enam bulan. Namun, sayangnya, tidak banyak negara yang mengikuti rekomendasi ini.

Studi Terbaru Menunjukkan Dampak Positif Durasi Cuti Melahirkan Terhadap ASI

Di Indonesia, kebijakan cuti melahirkan saat ini hanya berlangsung selama tiga bulan, dengan paternity leave atau cuti melahirkan untuk ayah selama dua hari. Ketentuan cuti melahirkan diatur dalam UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003.

Dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara lainnya, Vietnam menjadi negara dengan cuti melahirkan terpanjang, yaitu 180 hari atau sekitar enam bulan. Di tingkat dunia, Bulgaria adalah negara yang memberikan cuti melahirkan paling lama, yakni 13,4 bulan.

Cuti melahirkan seharusnya menjadi waktu untuk pemulihan fisik dan mental bagi ibu pasca melahirkan guna mengurangi risiko depresi postnatal. Sementara itu, bagi bayi, cuti melahirkan memberikan manfaat dengan memberikan pemberian ASI yang optimal.

ASI dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi, mengurangi risiko kematian, dan mendukung perkembangan otak.

Namun, Naomi menekankan bahwa kebijakan cuti melahirkan tidak hanya bermanfaat bagi ibu dan anak, tetapi juga dapat berdampak positif bagi perusahaan atau pemberi kerja.

“Pemberi kerja juga mendapatkan manfaat dari kebijakan ini. Bayi lebih sehat, sehingga tingkat izin orang tua lebih rendah, dan pekerja lebih termotivasi untuk kembali bekerja karena merasa mendapatkan dukungan penuh dalam menyusui,” ungkap Naomi.

Manfaat Kebijakan Cuti Melahirkan: Dukungan Terhadap Pemberian ASI dan Kesejahteraan Ibu dan Anak

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, terlihat dengan jelas bahwa kebijakan cuti melahirkan memiliki dampak positif yang berkelanjutan. Ibu yang mendapatkan kesempatan untuk cuti melahirkan memiliki peluang lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif dan mendukung perkembangan bayi yang lebih baik.

Tidak hanya itu, cuti melahirkan juga berdampak positif pada perusahaan atau pemberi kerja, dengan tingkat absensi orang tua yang lebih rendah dan karyawan yang lebih antusias. Oleh karena itu, penting bagi negara-negara untuk mempertimbangkan memperpanjang durasi cuti melahirkan sesuai dengan rekomendasi WHO, demi kesejahteraan ibu, anak, dan masyarakat secara keseluruhan.

 

 

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.