MEMO,Semarang: Pameran Upakarya Semarang 2023 mengungkapkan jejak-jejak sejarah yang menghubungkan erat antara Yogyakarta dan Semarang dalam perkembangan industri gula pada abad ke-20.
Dengan lebih dari 17 pabrik gula yang beroperasi di masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VII, hubungan transportasi kereta api dan distribusi gula menjadi benang merah yang mengikat kedua kota ini.
Pameran Upakarya Semarang 2023 Mengungkap Keterkaitan Sejarah yang Menarik
Pameran Upakarya Semarang 2023 mengungkapkan jejak-jejak keterkaitan antara Kota Semarang dan Yogyakarta pada zaman dahulu, terutama pada era perkembangan industri gula di Yogyakarta.
Pada zaman pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VII, industri gula di Yogyakarta berkembang pesat pada abad ke-20, dengan 17 pabrik gula beroperasi pada masa itu.
Industri Gula Abad ke-20: Kisah Hubungan Antara Yogyakarta dan Semarang
Hubungan antara Yogyakarta dan Semarang juga tercermin dalam sejarah transportasi kereta api sebagai sarana penting dalam distribusi industri gula. Menurut Wing Wiyarso Poespojoedho, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, keterkaitan antara Semarang dan Yogyakarta sudah berlangsung cukup lama.
Kota Semarang pernah menjadi bagian dari wilayah yang dikelola oleh pemerintah Hindia-Belanda, atau yang dikenal sebagai VOC saat itu. “Pada masa tersebut, Semarang tidak hanya menjadi pusat ekonomi untuk perdagangan rempah-rempah dan sutra, tetapi juga menjadi bagian penting dalam distribusi gula. Inilah yang menjadikan Yogyakarta dan Semarang memiliki hubungan yang erat,” kata Wing pada hari Kamis (31/8).
Wing menjelaskan bahwa pada masa lalu, Yogyakarta adalah daerah penghasil gula sementara Semarang merupakan bagian dari jalur distribusi gula melalui pelabuhan laut. Pameran Upakarya Semarang berlangsung dari tanggal 27 Agustus hingga 31 Agustus 2023 di Jogja Galery.
“Melalui pameran ini, kita dapat menggali kembali potensi sejarah masa lalu yang dapat menguatkan hubungan antara Yogyakarta dan Semarang,” kata Wing.
Sri Wantini, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman, menambahkan bahwa pameran ini membuka pandangan baru mengenai sejarah Yogyakarta dan Semarang. Lewat karya seni dan dokumentasi sejarah yang dipamerkan, diharapkan dapat menjadi acuan untuk pengambilan keputusan di masa depan.
Aris Herbandang, Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Kabupaten Sleman, menyatakan bahwa masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VII sangat berperan dalam pengembangan industri gula di Yogyakarta. Bahkan, terdapat belasan pabrik gula yang berkembang di wilayah Bantul hingga Sleman pada masa itu.
Wilayah Sleman juga berbatasan dengan Jawa Tengah, sehingga melalui pameran ini, terdapat benang merah dalam kisah bersama yang dapat diikuti dari awal hingga akhir. Wisatawan yang mengunjungi Semarang tidak hanya memperoleh informasi tentang destinasi akhirnya, tetapi juga mengenai asal-usulnya, sehingga tercipta koneksi yang kuat antara kedua kota ini.
“Kisah ini berkaitan dengan sejarah peradaban Yogyakarta dan Semarang, terutama dalam konteks ekonomi dari industri gula,” paparnya.
Jejak Sejarah yang Terlupakan: Peran Industri Gula dalam Hubungan Yogyakarta-Semarang
Dalam konteks Pameran Upakarya Semarang 2023, kita mendapatkan wawasan baru mengenai peran penting Yogyakarta dan Semarang dalam sejarah industri gula.
Melalui karya seni dan dokumentasi sejarah, kita dapat memahami bagaimana Yogyakarta menjadi daerah penghasil gula dan Semarang berperan dalam distribusinya.
Keterkaitan antara dua kota ini, baik melalui transportasi maupun ekonomi, menjadi landasan penting dalam membentuk kerja sama yang berkelanjutan.