“Lebih dari 1,5 Juta Pengusaha Tahu Tempe Dukung Calon Presiden 2024 yang Pro-Rakyat dan Paham Kebutuhan UMKM”
Sebanyak 1,5 juta pengusaha di Indonesia yang tergabung dalam industri tahu tempe dengan tegas menyatakan dukungan mereka untuk calon presiden dalam pemilihan presiden tahun 2024.
Mereka berharap memiliki pemimpin yang berpihak kepada rakyat kecil, khususnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Selain itu, para pengusaha ini menuntut kestabilan harga kedelai dan pasokan yang memadai untuk mendukung produksi tahu tempe.
Dukungan mereka dipertimbangkan untuk calon presiden yang benar-benar memiliki program nyata dan berdampak positif bagi industri tahu tempe, bukan hanya sekadar janji kosong.
Para Pengrajin Berpihak ke Rakyat Kecil dan UMKM
Lebih dari 1,5 juta pengusaha di Indonesia yang bergerak di industri tahu tempe sepakat untuk mendukung calon presiden yang akan bertarung dalam pemilihan presiden tahun 2024.
Mereka sangat menginginkan pemimpin yang peduli dan berpihak kepada rakyat kecil, terutama para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Selain itu, calon pemimpin tersebut diharapkan mampu menjaga stabilitas harga kedelai dan memastikan pasokan kedelai yang memadai untuk industri tahu tempe.
Tidak hanya itu, mereka juga menginginkan pemimpin yang benar-benar membina rakyat dengan program-program nyata dan berdampak positif, bukan hanya sekedar janji-janji tanpa tindakan konkret.
Aip Syarifuddin, Ketua Umum Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), dengan tegas menyatakan bahwa kelompoknya akan memilih calon presiden yang memperjuangkan kepentingan rakyat kecil, khususnya para pelaku UMKM.
Bagi para pengrajin tahu tempe, kedelai merupakan bahan baku utama yang harus dibeli setiap harinya. Jika terjadi kenaikan harga yang tiba-tiba, hal ini membuat mereka merasa bingung dan kesulitan dalam mengelola usaha mereka.
Aip menjelaskan bahwa para pengrajin tahu tempe biasanya membeli kedelai setiap hari untuk diolah menjadi tahu tempe. Proses pembuatan membutuhkan beberapa hari, dan ketika harga kedelai berubah dari hari ke hari, para pengrajin merasa kesulitan menentukan harga jual produk mereka.